Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sanny Cicilia
NUSA DUA. President of Federal Reserve Bank of New York William C. Dudley berharap, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat bisa mencapai angka 2% dalam 18 bulan ke depan. Namun demikian Dudley pribadi pesimistis lantaran adanya sejumlah alasan.
"Apa yang saya katakan hari ini mencerminkan pandangan saya sendiri dan belum tentu orang-orang Federal Open Market Committe (FOMC)," kata Dudley saat sambutan dalam acara Bank Indonesia-The Federal Reserve Bank of New York Joint International Seminar, Senin (1/8).
Dudley mengatakan, di sisa tahun ini perekonomian harus terangkat dari konsumsi dan stimulus kebijakan fiskal. Selain itu, investasi perumahan juga akan tumbuh setelah terjadi penurunan di kuartal kedua tahun ini. Hal ini akan cukup untuk menyerap pengangguran yang tersisa di pasar tenaga kerja serta mendorong inflasi bergerak kembali level 2%.
"Namun, setiap perkiraan tidak pasti dan pertumbuhan bisa berakhir lebih tinggi atau lebih rendah," katanya.
Dudley mengatakan, meskipun belanja konsumen menguat secara substansial pada kuartal kedua dan kecepatan yang lebih kuat, hal tersebut tidak mungkin berlanjut ke depannya. Sebab, kondisi fundamental justru mendukung konsumsi agak lebih lambat.
Menurutnya, pertumbuhan pendapatan riil pada kuartal kedua moderat seiring melambatnya kecepatan penghasilan masyarakat melambat dan tingkat inflasi naik yang didorong oleh harga energi yang lebih tinggi. Meskipun ada penambahan 287.000 daftar upah pada Juni lalu, laju perbaikan dalam pasar tenaga kerja AS sedikit melambat.
Selain itu, bisnis investasi kemungkinan akan tetap melambat karena keuntungan perusahaan melambat ditambah adanya pemilu yang menambah tekanan pada investasi. "Investasi cenderung lebih lemah ketika ketidakpastian naik karena ini menciptakan insentif bagi perusahaan untuk menunda keputusan sampai ketidakpastian teratasi," tambahnya.
Terkait prospek pertumbuhan ekonomi AS yang menurun, Dudley juga mengatakan masih sulit menghitung potensi dampak pertumbuhan dari hasil referendum Brexit. Meskipun dampak langsung dari pertumbuhan Inggris terhadap perdagangan AS lebih lambat, namun menurutnya masih ada sejumlah hal lain yang bisa memperkuat dampak dari keputusan Brexit terhadap ekonomi AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News