Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah memperkirakan, neraca perdagangan pada September 2022 masih mengalami surplus yang didorong oleh tingginya harga komoditas dan juga keberhasilan hilirisasi khususnya nikel.
Meskipun tidak mengalami kenaikan harga dan cenderung sudah melandai, namun Piter menilai bahwa harga-harga komoditas masih berada di level yang tinnggi. Untuk itu, Indonesia masih akan mengalami surplus neraca perdagangan hingga di akhir tahun nanti.
Baca Juga: Hantu Resesi Ancam Kinerja Perdagangan RI Tahun 2023
"Neraca perdagangan (September 2022) saya perkirakan masih surplus dikisaran US$ 4 miliar hingga US$ 5 miliar," ujar Piter kepada Kontan.co.id, Minggu (16/10).
Piter meneropong, harga komoditas di tahun depan kemungkinan akan mengalami penurunan seiring dengan melemahnya permintaan global dikarenakan adanya ancaman resesi.
Namun, supply yang terbatas ditengah gejolak politik akan menahan harga komoditas tinggi, sehingga harga komoditas tidak akan terpuruk jatuh pada tahun depan.
"Harga komoditas tidak akan terpuruk jatuh pada tahun 2023 sehingga Indonesia masih bisa menikmati surplus neraca perdagangan," katanya.
Sementara itu, Kepala Ekonom Indo Premier Sekuritas Luthfi Ridho memperkirakan, neraca perdagangan masih akan mencetak surplus sebesar US$ 3 miliar yang didorong oleh ekspor non migas. Angka ini menyusut dari surplus Agustus 2022 yang mencapai US$ 5,76 miliar.
Baca Juga: Ekonom BSI Meramal Surplus Neraca Perdagangan Menyusut di Bulan September
Sebagai bahan pembandingan, surplus Agustus 2022 disumbang oleh surplus perdagangan nonmigas sebesar US$ 7,74 miliar dan defisit perdagangan migas sebesar US$ 1,98 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News