kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45899,85   2,25   0.25%
  • EMAS1.378.000 0,95%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dua Bulan Beruntun Terjadi Deflasi, Apa Saja Penyebabnya?


Selasa, 02 Juli 2024 / 18:57 WIB
Dua Bulan Beruntun Terjadi Deflasi, Apa Saja Penyebabnya?
ILUSTRASI. Konsumen berbelanja kue kering khas lebaran di pasar Jatinegara, Jakarta, Rabu (3/4/2024). Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memperkirakan terjadinya anomali pada aktivitas konsumsi masyarakat di momentum ramadan dan lebaran tahun ini. Hal ini terutama dipicu oleh daya beli masyarakat yang mulai tergerus akibat lonjakan harga pangan sejak akhir 2023. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/03/04/2024


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, terjadi deflasi selama dua bulan beruntun yakni pada Mei dan Juni 2024. Deflasi pada Juni 2024 tercatat sebesar 0,08% month to month (mtm), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,03% mtm.

Ekonom Bank Danamon, Hosianna Evalia Situmorang menyampaikan, memang salah satu penyebab deflasi selama dua bulan beruntun tersebut adalah melemahnya daya beli masyarakat. Namun penyumbang lainnya adalah inflasi komponen harga bergejolak atau volatile food yang juga turun cukup dalam.

Inflasi volatile food pada Juni tercatat sebesar 5,96% secara tahunan atau year on year (yoy) atau turun dari bulan sebelumnya yang sebesar 8,14% yoy. Sedangkan secara bulanan terjadi deflasi sebesar 0,98% mtm dari sebelumnya terjadi inflasi sebesar 0,69% mtm.

“Dilihat dari penyumbang deflasinya, dimana pada Juni ini juga karena deflasi kelompok volatile food yang turun semakin dalam. Dimana ini kemungkinannya banyak faktor karena musim panen, pasokan dan juga kebijakan harga oleh pemerintah. Khususnya HET beras per Juni ini,” tutur Ana sapaan akrabnya kepada Kontan, Selasa (2/7).

Baca Juga: Jika Deflasi Terjadi Lebih dari 2 Bulan Beruntun, Pertumbuhan Ekonomi Bisa Terpangkas

Meski begitu, Ana memperkirakan pada bulan ini tidak akan terjadi deflasi kembali. Menurutnya Juli 2024 ini akan terjadi inflasi karena faktor musiman.

Diantaranya, periode tahun ajaran baru, yang mana biasanya masyarakat cenderung banyak berbelanja untuk kebutuhan sekolah, sehingga berpotensi mengkerek inflasi bulanan dan inti.

Faktor musiman lainnya yakni, sejalan dengan historikalnya produksi beras mulai menurun dan juga cuaca yang berpotensi mendorong volatile food.

Lebih lanjut, Ana menyampaikan, yang perlu diwaspadai dari inflasi tahun ini adalah transmisi pelemahan nilai tukar yang bisa memberikan dampak transmisi  pada inflasi impor.

“Tapi sebenarnya nggak usah khawatir karena kecenderungannya impor masih terkendali,” ungkapnya.

Selanjutnya: Pertamina Gas Raih Penghargaan Internasional Green Leadership AREA 2024

Menarik Dibaca: Ramalan Cuaca Besok (3/7) di Jawa Tengah Hujan Masih Turun di Daerah Ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Pre-IPO : Explained Supply Chain Management on Efficient Transportation Modeling (SCMETM)

[X]
×