Reporter: Handoyo | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Musim panen yang belum merata membuat harga beras di pasar terus merangkak naik. Nah, untuk meredam gejolak harga beras, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) meminta agar pemerintah menambah penyaluran beras untuk keluarga miskin (Raskin). Caranya dengan memajukan penyaluran raskin bulan April ke bulan Maret.
Wakil Ketua Komisi IV DPR Herman Khoiron mengatakan, musim panen raya tahun ini sedikit mundur. Pasalnya, hingga Maret ini sebagian wilayah di Indonesia belum memasuki musim panen. Karenanya, ia merekomendasikan kepada pemerintah untuk memajukan penyaluran raskin bulan April ke Maret. Sehingga, pada Maret, raskin digelontorkan dua kali.
Bila hingga April masa panen belum merata, Herman bilang penyaluran raskin tetap bisa dilakukan sebanyak dua kali. Sebagai gantinya, saat panen raya yang diperkirakan terjadi pada Mei nanti, pemberian raskin bisa dihentikan. Tujuannya agar harga beras tidak anjlok. "Pada prinsipnya (penggeseran penyaluran raskin menjadi dua kali sebulan) boleh. Nanti saat panen raya raskin jangan disalurkan dulu. Sebab, harga akan tertahan atau tidak naik lantaran suplai yang cukup tinggi," kata Herman akhir pekan lalu.
Anggota Kelompok Kerja Ahli Dewan Ketahanan Pangan Khudori menambahkan, penyaluran raskin yang dimajukan menjadi dua kali sebulan pada Maret ini dirasa cukup ampuh untuk meredam kenaikan harga beras saat ini.
Sebagai gambaran, konsumsi beras nasional tercatat sekitar 2,6 juta ton per bulan. Dari jumlah itu, sekitar 230.000 ton atau 10% dari total konsumsi nasional adalah beras raskin yang disalurkan ke rumah tangga sasaran.
Menurut Khudori, operasi pasar yang dilakukan oleh pemerintah saat ini tak cukup ampuh untuk meredam gejolak harga beras. "Untuk meredam harga beras sekarang, perlu berbagai instrumen agar dioptimalkan sebesar-besarnya," kata Khudori.
Khudori bilang, lonjakan harga beras yang terjadi saat ini akibat tidak adanya penyaluran raskin sejak November 2014. Pasalnya, penyaluran raskin untuk November dan Desember tahun lalu dimajukan pada Oktober 2014. Dengan kondisi ini, otomatis 15,5 juta rumah tangga sasaran yang biasa mengkonsumsi raskin membeli beras di pasar umum yang membuat adanya lonjakan permintaan beras.
Direktur Pelayanan Publik Perum Bulog Lely Pritasari Subekti bilang, kebutuhan raskin yang dihentikan selama kurun waktu tiga bulan ini jumlahnya mendekati 700.000 ton. Sementara itu, dalam operasi pasar, Bulog hanya menggelontorkan beras sekitar 71.000 ton. Tentu saja kondisi ini tidak seimbang.
Bila diperintahkan, Bulog siap menyalurkan raskin dua kali sebelum panen raya. "Percepatan bisa kami lakukan asal ada dasar yang jelas yakni perintah tertulis dari pemerintah," kata Lely.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News