kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

DPR minta BKPM menggenjot investasi sektor farmasi


Kamis, 23 April 2020 / 14:23 WIB
 DPR minta BKPM menggenjot investasi sektor farmasi
ILUSTRASI. Industri farmasi


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) mencatat ada beberapa ada beberapa pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Salah satunya ada fokus kepada arah investasi yang padat karya. 

Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) Adisatrya Suryo Sulisto menyampaikan biarpun realisasi investasi sepanjang kuartal I-2020 tumbuh positif, tetapi hasilnya tidak mencerminkan mandat dari Presiden RI Joko Widodo. 

“Dari awal kan harusnya diberikan kemudahan di bidang investasi di sektor farmasi, kesehatan, dan bidang pangan. Karena ini industri farmasi tidak bisa memproduksi bahan baku di dalam negeri, prioritas harus membangun industri dalam negeri,” kata Adi dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) BKPM dengan Komisi VI DPR RI, Kamis (23/4). 

Baca Juga: Begini strategi BKPM untuk meminimalisir dampak virus corona terhadap investasi

Adi menyampaikan, sebelumnya saat RDP dengan BUMN industri farmasi, industri dalam negeri kewalahan akibat ketersediaan bahan baku industri dasar kimia. Kendala tersebut sangat terasa saat ini di tengah pandemi virus corona atawa Covid-19. Alhasil bahan baku industri padat karya tersebut mau tidak mau berasal dari impor.

Anggota Fraksi Partai PDIP tersebut menambahkan kekecewaannya, bahwa di samping realisasi investasi yang tumbuh positif tapi didominasi oleh sektor tersier atau jasa yang seret lapangan kerja. Setali tiga uang, realisasi itu tidak searah dengan tujuan investasi untuk meningkatkan tenaga kerja.

“Realisasi sektor tersier atau jasa mendominasi, bahkan hampir separuh total realisasi. Ke depan BKPM harus menggenjot yang padat karya seperti manufaktur,” ujar Adi.



TERBARU

[X]
×