kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

DNDF makin efektif, Ekonom: BI bisa jadi tidak perlu menaikkan suku bunga


Selasa, 13 November 2018 / 20:50 WIB
DNDF makin efektif, Ekonom: BI bisa jadi tidak perlu menaikkan suku bunga
ILUSTRASI. Uang rupiah


Reporter: Grace Olivia | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski bergerak melemah dibandingkan pekan lalu, nilai tukar rupiah tetap stabil di bawah level Rp 15.000 per dollar Amerika Serikat (AS). Di pasar spot hari ini, Selasa (13/11), kurs rupiah ditutup menguat di posisi Rp 14.805 per dollar AS. Tren positif nilai tukar, menurut ekonom akan menjadi alasan kuat bagi Bank Indonesia untuk menahan kenaikan suku bunga bahkan hingga akhir tahun.

Analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri mengatakan, tak tertutup kemungkinan BI akan menahan kenaikan suku bunga hingga akhir tahun. Artinya, tidak ada lagi kenaikan suku bunga acuan alias 7 Days Repo Rate (7-DRR) baik di November maupun Desember.

"Dengan catatan, kondisi saat ini yang stabil terus berlanjut," jelas Reny, Selasa (13/11).

Salah satu kestabilan yang terpenting adalah pada nilai tukar rupiah. Menurut Reny, domestic non-forward delivery (DNDF) menjadi salah satu instrumen yang memberi efek positif pada pergerakan nilai tukar belakangan ini.

"Langkah pendalaman moneter lewat DNDF cukup bagus sejauh ini dan membuat rupiah menguat," kata Reny.

Asal tahu saja, volume transaksi DNDF sejak awal November telah mencpaai US$ 115 juta. Meski masih di bawah target, hasil lelang perdana DNDF juga dinilai cukup positif sebagai awalan yaitu sebesar US$ 73 juta.

Ia menilai, jika DNDF terus berkembang dan berdampak positif pada rupiah, BI bisa jadi tak merasa perlu menaikkan suku bunga acuan. "Kalau kondisi ekonomi dan rupiah stabil, belum ada alasan kuat bagi BI untuk menaikkan suku bunga bahkan jika the Fed menaikkan suku bunganya sekalipun," ujar Reny.

Kondisi stabil lainnya, menurut Reny, meliputi arus masuk modal (capital inflow) asing pada pasar saham, obligasi, maupun pasar keuangan, yang disertai dengan indeks dollar dan yield obligasi acuan AS (US Treasury) yang menurun.

"Data perekonomian reguler juga harus bagus, seperti cadang devisa lanjut bertambah dan inflasi masih stabil," lanjut dia.

Oleh karena itu, Reny memasang proyeksi suku bunga BI di akhir tahun di kisaran 5,75% hingga 6%. Sebab sebaliknya, jika kondisi yang stabil ini tak bertahan hingga jelang pertemuan The Fed bulan depan, BI kemungkinan besar akan mengerek lagi suku bunga sebesar 25 basis poin.

"BI sepertinya juga tone-nya wait and see terhadap perkembangan data, sentimen global, dan langkah The Fed," ujar Reny.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×