kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dim sum bond & panda bond dikaji


Kamis, 05 November 2015 / 12:25 WIB
Dim sum bond & panda bond dikaji


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. China mulai menjadi kiblat baru bagi pasar keuangan Indonesia, tak cuma membiayai proyek infrastruktur.

Sebab saat ini pemerintah RI sedang mengkaji untuk menerbitkan obligasi negara di negeri panda tersebut pada tahun depan.

Penerbitan obligasi berdenominasi yuan atau renminbi menjadi bagian dari rencana diversifikasi instrumen pembiayaan utang melalui penerbitan surat berharga negara (SBN).

Dua opsi yang dikaji Kementerian Keuangan (Kemkeu) adalah penerbitan Dim Sum Bond dan Panda Bond.

Opsi ini dibuat untuk mengejar target penerbitan SBN neto sebesar Rp 327,2 triliun di APBN 2016.

Target itu lebih tinggi dibandingkan APBN-P 2015 sebesar Rp 265 triliun.

Direktur Surat Utang Negara (SUN) Direktorat Jenderal (Ditjen) Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Kementerian Keuangan (Kemkeu) Loto Srianita Ginting bilang, Dim Sum Bond merupakan instrumen utang berupa SBN berdenominasi renminbi yang hanya diterbitkan di luar China (offshore bond).

Sementara Panda Bond hanya diterbitkan di China (onshore bond).

Menurut Loto, saat ini pemerintah masih menimbang keuntungan penerbitan dua SBN tersebut, termasuk biaya penerbitannya (cost of fund).

Dia bilang biaya penerbitan Panda Bond saat ini lebih murah dibandingkan Dim Sum Bond.

Padahal tahun sebelumnya biaya penerbitan Dim Sum Bond lebih murah dibandingkan Panda Bond.

"Mungkin karena ada perkiraan depresiasi yuan. Yang jelas, kami cari yang murah," kata Loto, Rabu (4/11).

Kemkeu juga masih mempelajari aturan People's Bank of China (PBOC) untuk menerbitkan SBN tersebut.

Loto bilang pengaturan penerbitan Dim Sum Bond lebih transparan dibandingkan Panda Bond.

"Misalnya soal dokumentasinya," tambah dia.

Namun di sisi lain, pasar SBN renminbi  lebih kecil dibandingkan pasar SBN dollar Amerika Serikat (AS).

Begitu pula dengan tenornya, SBN renmimbi  lebih pendek sekitar tiga hingga lima tahun.

Ekonom BCA David Sumual bilang, penerbitan SBN berdenominasi renminbi cukup bagus mengingat Indonesia memiliki porsi kerja sama yang besar dan selalu meningkat dengan China.

Penerbitan SBN renminbi juga prospektif, jika nantinya mata uang negeri tirai bambu tersebut menjadi mata uang internasional.

Sebab permintaan terhadap yuan akan meningkat.

"Di awal, lebih aman onshore atau Panda Bond dulu," katanya.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×