kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.305.000   42.000   1,86%
  • USD/IDR 16.650   -8,00   -0,05%
  • IDX 8.185   1,21   0,01%
  • KOMPAS100 1.141   -3,55   -0,31%
  • LQ45 834   -3,17   -0,38%
  • ISSI 283   -1,10   -0,39%
  • IDX30 439   -2,04   -0,46%
  • IDXHIDIV20 505   -4,22   -0,83%
  • IDX80 128   -0,64   -0,50%
  • IDXV30 136   -2,18   -1,58%
  • IDXQ30 139   -0,96   -0,68%

Didera Ketidakpastian Global, Ada Peluang Pertumbuhan dari Sektor Manufaktur dan AI


Jumat, 31 Oktober 2025 / 07:45 WIB
Didera Ketidakpastian Global, Ada Peluang Pertumbuhan dari Sektor Manufaktur dan AI
ILUSTRASI. Indonesia berpeluang mengembangkan sektor manufaktur barang konsumsi dan startup teknologi, termasuk di bidang AI. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/08/10/2025


Reporter: Harris Hadinata | Editor: Harris Hadinata

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dunia tengah menghadapi masa ketidakpastian global. Ketidakpastian ini timbul terutama karena efek penerapan tarif oleh Amerika Serikat (AS).

Kendati begitu, tetap ada peluang pertumbuhan bagi negara-negara, termasuk Indonesia. “Saat ini saya kira dunia sedang mencari lokasi manufaktur baru,” sebut Pranjul Bhandari, Chief India Economist/Strategist, ASEAN Economist HSBC, dalam wawancara terbatas dengan sejumlah media, Rabu (29/10).

Bhandari menilai, Indonesia memiliki peluang besar di bidang itu. “Kalau melihat ekspor Indonesia ke China, memang 100% komoditas. Tapi kalau melihat ekspor Indonesia ke Amerika Serikat, 80% adalah barang konsumsi,” jelas Bhandari.

Bhandari memaparkan, permintaan manufaktur baru untuk barang konsumsi masih besar. Hanya saja, Bhandari menyebut, Indonesia perlu meningkatkan kapasitas sektor manufakturnya. “Dan bila Indonesia bisa menarik modal asing, di titik ini manufaktur bisa naik,” tutur dia.

Baca Juga: Industri Permesinan Tumbuh 18,75%, Jadi Penopang Sektor Manufaktur ILMATE

Selain sektor manufaktur barang konsumsi, Indonesia juga memiliki peluang di sektor teknologi digital, termasuk akal imitasi (AI), serta startup. “Kita mungkin berada di top 10-20 dunia terkait ekosistem startup di dunia,” tutur Abraham Hidayat, Managing Partner Skystar Capital.

Abraham mengatakan, Indonesia punya potensi besar soal pengembangan AI. Menurut dia, masih ada ruang pertumbuhan yang bisa dicapai melalui kebijakan pemerintah.

Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan terus mendorong riset dan pengembangan agar terus tercipta inovasi teknologi baru AI. Menurut Abraham, saat ini aspek riset dan pengembangan di Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan negara lain.

Abraham menyebut, Indonesia bisa meniru China dan Amerika Serikat soal keseriusan melakukan riset dan pengembangan. “Ada alasan kenapa AS dan China berhasil melewati negara lain. Pada dasarnya pendidikan yang ditopang riset dan pengembangan merupakan tulang punggung inovasi yang terjadi di negara-negara maju ini,” tutur dia.

Abraham juga mengusulkan pembangunan dan pengembangan startup AI dari daerah-daerah yang berbeda. Menurut Abraham, pengembangan AI di daerah bisa dilakukan melalui penguatan perusahaan swasta, BUMN, hingga institusi pemerintah.

Selanjutnya: Login cekbansos.kemensos.go.id untuk Cek BPNT Tahap 4 2025, Cair Rp 600 Ribu

Menarik Dibaca: Vivo Y19 HP Murah yang Punya Reverse Charging, Bisa Isi Daya Perangkat Lain lo

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×