Reporter: Abdul Basith | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengaku tengah mencari calon investor yang bisa mendongkrak kinerja perusahaan-perusahaan pelat merah yang saat ini masih merugi. Investor yang tertarik, nantinya akan diminta menyuntikkan modal kepada empat perusahaan BUMN yang masih merugi itu.
Empat perusahaan tersebut adalah PT Merpati Nusantara, PT Kertas Leces, PT Kertas Kraft Aceh (KKA), dan PT Iglas. "Kami mencari investor baru dulu, lalu masuk ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)," kata Aloysius K Ro, Deputi Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN kepada Kontan.co.id, Rabu (23/5).
Dia menjelaskan, investasi bisa dilakukan melalui berbagai cara, seperti Penyertaan Modal Negara (PMN), kerja sama dengan BUMN lain, atau privatisasi.
Dia yakin masih ada investor yang mau untuk menyelamatkan empat perusahaan BUMN sakit tersebut. Sebab, menurut Aloysius, bisnis yang ditekuni empat BUMN tersebut masih bisa berkembang. "Tapi butuh investor untuk melakukannya, hal ini tak mudah," terangnya.
Dia mengaku, berbagai masalah telah menyebabkan empat BUMN tersebut merugi. Contohnya PT Kertas Kraft Aceh (KKA), yang merugi karena kesalahan pengelolaan sebelumnya. Pengelolaan yang buruk membuat KKA dikenakan moratorium penebangan hutan. Namun KKA terus membaik dengan bekerja sama dengan industri semen untuk menyediakan sak semen.
Aloysius juga mencontohkan perusahaan yang berhasil bangkit setelah sempat merugi selama bertahun-tahun, yakni PT Djakarta Lloyd. Terkait rencana pemerintah untuk menjual PT Kertas Leces kepada pihak swasta, Aloysius mengatakan, hingga kini hal tersebut belum ada titik temu.
Berdasarkan informasi yang diperoleh Kontan.co,id, Kertas Leces diminati perusahaan bernama PT Limeda Internasional. Surat pernyataan minat tersebut sudah disampaikan kepada Kertas Leces sejak April lalu.
Opsi penjualan kepemilikan saham Kertas Leces menjadi pilihan rasional. Apalagi perusahaan ini masih terlilit utang dan tak mampu membayar gaji karyawannya sehingga terancam pailit di Pengadilan Niaga Surabaya.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adinegara menilai restrukturisasi BUMN yang merugi sangat mendesak untuk dilakukan. Apalagi di tengah kondisi rupiah melemah beberapa waktu terakhir.
Sebab banyak BUMN yang melakukan pinjaman dalam bentuk mata uang asing. "Rupiah makin terdepresiasi cukup berbahaya BUMN bisa gagal bayar, jadi upaya restrukturisasi BUMN harus segera dilakukan," ujarnya.
Beberapa hal bisa dilakukan untuk restrukturisasi BUMN. Dalam jangka panjang, restrukturisasi bisa dilakukan dengan perbaikan aset yang bermasalah. Selain itu, perombakan manajemen juga diperlukan untuk maksimalisasi kinerja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News