kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Di 2020 kebutuhan daging didominasi kelas menengah


Rabu, 23 Oktober 2013 / 15:43 WIB
Di 2020 kebutuhan daging didominasi kelas menengah
ILUSTRASI. Nikmati Diskon Pesawat Dalam & Luar Negeri di Mister Aladin s.d Rp750.000


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Wakil Menteri Pertanian Rusman Heryawan mengatakan, kebutuhan daging sapi Indonesia saat ini masih sangat besar.

Bahkan, pada tahun 2020, Kementerian Pertanian memprediksi pertumbuhan kelas menengah akan terus bertambah. Kondisi itu sejalan dengan melonjaknya kebutuhan daging sapi yang mengikuti peningkatan gaya hidup masyarakat.

Rusman menyebutkan, saat ini setidaknya terdapat 50 juta orang kelas menengah di Indonesia. Diperkirakan angka ini akan meningkat dan jumlahnya akan mencapai 135 juta orang pada 2020.

"Secara umum konsumsi daging per kapita Indonesia masih rendah 2,2 kilo gram (kg) per tahun, tapi sebenarnya bisa 2,5 kg per tahun. Di urban area (perkotaan) sudah sampai 8 kg per tahun. Ini merupakan gaya hidup baru," kata  Rusman di Gedung BI, Jakarta, Rabu (23/10).

Lebih lanjut, Rusman mengungkapkan, untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pemerintah harus meningkatkan mata rantai pasokan sapi.

Sebab, saat ini telah terjadi penurunan jumlah sapi sebanyak 2 juta ekor dari populasinya yang setidaknya telah mencapai 14,8 juta ekor. "Makanya kami coba tingkatkan lagi populasi sapi," ucapnya.

Di sisi lain, terkait dengan importasi daging sapi, langkah tersebut merupakan cara pemerintah untuk menstabilkan harga daging sapi di pasaran. Sebab, saat ini kurangnya pasokan daging sapi telah membuat harga dan angka inflasi menjadi tinggi.

Menurut Rusman, impor daging sapi seharusnya dipandang sebagai solusi sementara untuk menekan harga dan inflasi. "Ini jalan paling cepat membuka lebih lebar keran impor untuk daging sapi," jelas Rusman.

Rusman menekankan, importasi daging tidak selamanya dapat dilakukan. Lantaran hal ini dapat membuat para peternak tidak bergairah untuk terus membudidayakan sapi-sapi lokal.

Karena itu, pemerintah akan gencar untuk terus menyosialisasikan asuransi ternak sapi, yang bertujuan untuk meningkatkan produksi sapi lokal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×