Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Deflasi yang terjadi di bulan Februari cukup mengagetkan pasar. Alhasil, ekspektasi bahwa Bank Indonesia akan kembali melakukan pelonggaran moneter merebak dipicu indikator ekonomi yang adem ini.
"Mengingat pernyataan BI bahwa kebijakan pelonggaran lainnya akan sangat bergantung, deflasi Februari memberi ruang pada BI untuk menurunkan lagi bunga lebih jauh menjadi 7,25% dan Fasbi 5,25%," kata tim ekonom BCA yang dikepalai David E. Sumual, dalam rilisnya, Senin (2/3).
Namun, mereka mengingatkan, ada pelemahan rupiah dan risiko arus dana keluar (capital outflow) yang bisa menjadi penghambat BI melonggarkan kebijakan moneternya.
Sekadar mengingatkan, BI memangkas bunga acuan 25 basis poin menjadi 7,5% pada pertengahan Februari lalu.
Senada, Ekonom Bank Danamon Dian Ayu Yustina juga menilai, deflasi merupakan alasan yang cukup kuat bagi bank sentral untuk melakukan pemangkasan bunga lebih jauh.
"Namun, BI mungkin harus tetap berhati-hati menentukan waktu untuk pemangkasan itu mengingat kurs rupiah saat ini berada di level terendah sejak krisis 1998," kata dia, dalam pernyataan resminya. Bank Danamon menargetkan, inflasi Indonesia di akhir tahun 2015 di level 3,94%.
Pada bulan Februari, Indonesia mencatat deflasi 0,36% dibanding bulan sebelumnya dan 6,29% secara tahunan. Rendahnya harga bahan bakar minyak dan cabai membantu meringankan tren kenaikan harga barang-barang yang lain. Sedangkan berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), nilai tukar rupiah hari ini, menyentuh level Rp 12.993 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News