Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Defisit anggaran meledak mencapai 2,5% dari PDB atau sebesar Rp 251,7 triliun dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2014. Defisit tersebut dipicu anggaran belanja yang membengkak serta penerimaan negara yang merosot.
Sebelumnya dalam pagu APBN 2014, defisit ditargetkan sebesar 1,69% dari PDB atau sebesar Rp 175,4 triliun. Berdasarkan data RAPBN-P 2014 yang diterima KONTAN, pendapatan negara merosot Rp 69,4 triliun menjadi Rp 1.597,7 triliun dalam RAPBN-P. Dalam APBN, pagu pendapatan negara sebesar Rp 1.667,1 triliun.
Penerimaan perpajakan sendiri merosot Rp 48,3 triliun. Alhasil dalam RAPBN-P target penerimaan perpajakan hanya Rp 1.232,1 triliun.
Untuk belanja negaranya mengalami kenaikan Rp 6,9 triliun menjadi Rp 1.849,4 triliun. Sumbangsih terbesar kenaikan belanja negara terjadi pada pos belanja subsidi bahan bakar minyak (BBM). Belanja subsidi BBM bengkak Rp 74,3 triliun menjadi Rp 285 triliun dalam RAPBN-P 2014.
Salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi belanja yang naik dan pendapatan yang merosot adalah dengan memangkas anggaran 86 kementerian/lembaga yang mencapai Rp 100 triliun. "Kalau defisit mau di bawah 2,5% maka pemotongan (anggaran) harus lebih tinggi lagi," ujar Menteri Keuangan Chatib Basri yang dijumpai di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Jakarta, Selasa (20/5).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News