kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Defisit bengkak, Sri Mulyani utamakan sumber tambahan pembiayaan yang paling aman


Senin, 06 April 2020 / 18:00 WIB
Defisit bengkak, Sri Mulyani utamakan sumber tambahan pembiayaan yang paling aman
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati


Reporter: Grace Olivia | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan mencari sumber-sumber tambahan pembiayaan untuk membiayai pelebaran defisit APBN yang mencapai Rp 853 triliun pada tahun ini.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan, outlook pembiayaan defisit anggaran tahun ini akan mengalami peningkatan sebesar Rp 545,7 triliun, dari sebelumnya hanya Rp 307,2 triliun.

Tambahan pembiayaan anggaran bersumber dari pembiayaan utang sebesar Rp 654,5 triliun dan pembiyaaan non-utang sebesar Rp 108,9 triliun.

Baca Juga: Pemerintah rencanakan penerbitan Pandemic Bond sebesar Rp 449,9 triliun

Sri Mulyani menegaskan bahwa Kementerian Keuangan akan memprioritaskan sumber pembiayaan anggaran yang paling aman dan memiliki tingkat biaya paling kecil.

“Penambahan pembiayaan akan lebih dulu memanfaatkan sumber dari SAL (saldo anggaran lebih), pos dana abadi pemerintah, dan dana yang bersumber dari BLU. Itu  first line of financing kita,” terang Sri Mulyani dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI, Senin (6/4).

Tambahan pembiayaan dari SAL diestimasi sebesar Rp 45,6 triliun.

Namun ia mengakui, sumber tambahan pembiayaan anggaran lapisan pertama itu pasti tidak memadai sehingga dibutuhkan tambahan penerbitan surat berharga negara (SBN).  Dalam kondisi perekonomian dan pasar keuangan global maupun domestik sangat volatil saat ini, Sri Mulyani memastikan pemerintah berupaya mendapatkan pembiayaan dengan harga (cost) yang paling efisien.

“Beberapa negara yang tadinya investment grade bahkan mengalami default. Jadi kami harus hati-hati dalam mengelola dan menavigasi situasi yang sangat tidak biasa ini,” tutur Menkeu.

Baca Juga: Berikut basis perhitungan pendapatan negara yang diproyeksi tumbuh negatif 10%

Menurut outlook Kemenkeu, tambahan penerbitan SBN neto, baik di pasar domestik maupun global, diperkirakan mencapai Rp 160,2 triliun. Sehingga total penerbitan SBN neto naik dari sebelumnya Rp 389,3 triliun menjadi Rp 549,6 triliun.

Selain itu, pemerintah juga tengah meracik penerbitan SBN jenis khusus yang disebut Pandemic Bonds dengan estimasi nilai penerbitan sebesar Rp 449,9 triliun.

Baca Juga: Biayai defisit APBN 2020, Kementerian Keuangan akan gunakan anggaran alternatif

Namun, Menkeu bersama Gubernur Bank Indonesia (BI) menegaskan bahwa masih perlu mengkaji lebih lanjut teknis dan kebutuhan penerbitan instrumen utang tersebut, serta melakukan asesmen risiko secara komprehensif agar kebijakan ini benar-benar kredibel.

Pemerintah juga akan membah pembiayaan dari sumber lain termasuk penarikan pinjaman program tunai dari lembaga multilateral dan bilateral dengan estimasi sebesar Rp 60,4 triliun.

Serta pembiayaan non-utang atau pembiayaan investasi dengan estimasi total sebesar Rp 150 triliun untuk pembiayaan program pemulihan ekonomi nasional dan Rp 18,6 triliun untuk tambahan pembiayaan pendidikan.

Baca Juga: Kemenkeu proyeksi pembayaran bunga utang di tahun ini naik Rp 40 triliun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×