Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Development Bank of Singapore (DBS) memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akhir tahun ini hanya 4,8%.
Ekonom DBS Group Research Gundy Cahyadi menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih ditopang dari konsumsi masyarakat. Tahun ini, pihaknya memproyeksi pertumbuhan konsumsi masih berada di kisaran 5%.
"Meski masih tumbuh 5% yang rata-rata dibanding lima hingga 10 tahun terakhir penurunannya sedikit," kata Gundy di Jakarat, Selasa (27/10).
Lebih lanjut, menurutnya, penyokong pertumbuhan dari sisi investasi cukup mengkhawatirkan. Pertumbuhan investasi yang potensinya bisa mencapai 8% pada tahun ini akan sulit dicapai. Proyeksi DBS, pertumbuhan investasi hanya akan berada di kisaran 3,5%.
Penyebab utamanya yaitu pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Sebanyak 60% bahan produksi yang masih mengandalkan impor, menbuat investor enggan memperluas investasinya.
Di sisi lain, penyerapan anggaran belanja pemerintah masih lambat. Hal ini pun berujung pada penurunan impor yang signifikan pada tahun ini, khususnya impor belanja modal.
Dari segi ekspor, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar nyatanya tidak cukup membantu mengingat harga komoditas yang juga anjlok. Tanda-tanda belum adanya perbaikan juga tampak pada pertumbuhan kredit yang negatif selama dua tahun terakhir. Dua tahun lalu, pertumbuhan kredit mencapai 30%, namun saat ini hanya 10%.
Meski demikian, Gundy melihat adanya potensi perbaikan pertumbuhan tahun depan menjadi 5%-5,2%. Sementara pertumbuhan ekonomi 2017 diproyeksi 5,3%-5,5%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News