Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Neraca dagang Juli 2015 diperkirakan bakal kembali surplus. Hanya saja, penyebab neraca dagang surplus bukan lonjakan ekspor, tetapi nilai impor yang melambat.
Bahkan, perayaan Lebaran akhir bulan Juli lalu tidak mampu mendongkrak impor.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara memperkirakan, neraca dagang Juli 2015 akan kembali surplus sebesar US$ 1,4 miliar.
Angka itu lebih besar daripada nilai surplus di bulan sebelumnya, US$ 477 juta.
"Karena aktivitas ekonomi melambat," ujar dia, akhir pekan lalu.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan, neraca dagang Indonesia selalu surplus sejak awal tahun ini.
Penyebabnya impor turun lebih dalam dibandingkan penurunan ekspor. Selama enam bulan pertama, neraca dagang Indonesia surplus US$ 4,35 miliar.
BPS akan mengumumkan neraca dagang per Juli pada Selasa (18/8).
Menurut Mirza, ekonomi yang melambat tidak hanya dialami Indonesia.
Beberapa negara berkembang lain di ASEAN juga lesu karena perlambatan ekonomi China yang cukup signifikan.
Kepala Ekonom BII Juniman juga melihat adanya surplus neraca dagang pada Juli 2015.
Namun surplus yang terjadi relatif kecil yaitu sekitar US$ 370 juta.
Angka yang hampir sama juga disampaikan Ekonom DBS Gundy Cahyadi. Dia melihat surplus neraca dagang Juli 2015 akan sebesar US$ 300 juta.
Surplus terjadi karena impor turun 8,41% dari Juni 2015 senilai US$ 12,96 miliar ke US$ 11,87 miliar.
Sementara ekspor melandai 8,93% dari US$ 13,44 miliar menjadi
US$ 12,24 miliar. Juniman bilang, ekspor dan impor lesu karena aktivitas bongkar muat pelabuhan turun saat libur Lebaran.
"Ditambah dampak pelemahan rupiah," ujar dia.
Dengan normalnya aktivitas pelabuhan maka ekspor impor kembali naik.
Juniman memperkirakan pada Agustus 2015 surplus neraca dagang susut menjadi US$ 300 juta.
Penyebabnya adalah impor barang modal kembali bergerak mengikuti realisasi belanja pemerintah.
Ekonom Bank Danamon Dian Ayu Yustina memperkirakan neraca dagang Juli 2015 surplus US$ 828 juta.
Penurunan daya beli dinilai menjadi penyebab mengapa impor turun lebih dalam.
Ekonomi yang melambat dan harga pangan yang tinggi membuat kinerja impor Juli 2015 turun 11,7% bila dibanding Juli 2014.
Sementara ekspor turun 6,6%. Kinerja ekspor akan terus melemah.
Pelemahan rupiah tidak mampu mendongkrak ekspor karena permintaan dunia tidak ada.
Ekonomi China yang menjadi penentu sedang lesu hingga harga komoditas sulit pulih.
"Outlook ke depan tidak terlalu baik untuk ekspor," kata Dian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News