kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Darmin: Dampak kenaikan bunga AS tak signifikan


Senin, 06 Maret 2017 / 16:56 WIB
Darmin: Dampak kenaikan bunga AS tak signifikan


Reporter: Ramadhani Prihatini | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Pemerintah cukup percaya diri menghadapi kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (fed funds rate) bulan ini. Bila mengacu pada pidato Gubernur Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) Janet Yellen pada Jumat (3/3), The Fed akan menaikkan suku bunga setelah mengevaluasi pertumbuhan sektor ketenagakerjaan dan inflasi Maret 2017.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan, Indonesia dipastikan tidak akan merasakan dampak yang besar dari naiknya suku bunga The Fed. Dia bilang, selama ini pemerintah melalui kebijakan perekonomian sudah mengantisipasi hal itu. Menurutnya, Indonesia hanya akan merasakan dampak di beberapa hari pertama.

"Dampaknya ya ada, tapi tidak terlalu besar, paling hanya beberapa hari lalu tenang lagi. Jadi, jangan dianggap ini akan ada perubahan besar," cetus Darmin, Senin (6/2).

Darmin memastikan, fundamental perekonomian Indonesia masih cukup kuat menghadapi kenaikan suku buga acuan negeri Paman Sam itu. Dia memastikan, kurs rupiah tidak akan melemah terlalu jauh.

"Fundamental kita relatif baik, artinya pertumbuhannya oke, perdagangan internasionalnya, neraca pembayarannya oke, itu juga sebabnya kurs kita tidak melemah," tegas Darmin.

Ekonom Bank Permata, Josua Pardede bilang setelah pidato Yellen, pasar yang melihat peluang kenaikan suku bunga Fed pada bulan maret sekitar 96%, meningkat dari akhir Februari sekitar 52%.

Dia melihat, pernyataan Yellen cukup fokus, dari pidato sebelumnya pada akhir Januari 2017 yang modestly accommodative menjadi moderately accommodative.

"Jadi, dampaknya bisa berpengaruh pada emerging market termasuk rupiah dan pasar keuangan kita," kata Josua.

Dia melihat, kondisi fundamental ekonomi indonesia semakin kuat, langkah antisipasi juga sudah disiapkan pemerintah. Antara lain, penguatan cadangan devisa serta protokol manajemen krisis di sisi pasar keuangan.

Langkah antisipasi tersebut diperkirakan dapat meredam potensi gejolak seandainya terjadi arus dana keluar atau capital flight dari pasar keuangan indonesia. Sehingga, diharapkan dampak Fed Fund Rate pada ekonomi indonesia tidak terlalu signifikan dan rupiah diperkirakan akan cenderung stabil.

"Jadi saya sepakat kalau Indonesia punya fundamental ekonomi yang cukup kuat," kata Josua.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×