Reporter: Bidara Pink | Editor: Adinda Ade Mustami
Di bulan Mei ini, pergerakan rupiah pun semakin menguat. Setelah pengumuman cadev, nilai tukar rupiah berdasarkan kurs referensi JISDOR kembali menguat ke level Rp 15.009 per dollar AS.
Gubernur BI Perry Warjiyo masih optimistis, nilai tukar rupiah akan bergerak menguat ke level Rp 15.000 per dollar AS di akhir tahun. Hal ini sejalan dengan adanya periode inflow yang lebih panjang, setelah adanya periode outflow.
Perry menyebut, dari tahun 2011-2019, rerata periode outflow terjadi selama empat bulan dengan rerata nilai Rp 29,2 triliun per bulan.
Baca Juga: BI percaya diri cadangan devisa mampu stabilkan rupiah dan bayar utang luar negeri
Setelah periode outflow tersebut, modal asing berbondong-bondong kembali ke Indonesia. Adapun periode inflow tercatat selama 21 bulan dan jumlah rerata per bulannya sebesar Rp 229,2 triliun.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara melihat, cadev Indonesia pada tahun ini masih bisa menguat. Sebab, quantitative easing yang dilakukan The Fed membuat pasokan dollar bertambah. Dan ini menguntungkan Indonesia.
Meski demikian, Indonesia juga perlu belajar dari tahun 2013, yang pada saat itu The Fed melakukan tapering off. "Ini memicu pembalikan modal asing. Jadi kita harus waspada dengan hot money saat recovery AS mulai terjadi," tandas Bhima kepada KONTAN.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News