Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat, posisi cadangan devisa Indonesia akhir Februari 2018 tercatat sebesar US$ 128,06 miliar atau turun dibandingkan dengan posisi akhir Januari 2018 yang sebesar US$ 131,98 miliar.
Asisten Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan, meski jumlahnya belum diketahui, cadev pada Maret 2018 masih akan melanjutkan penurunan. Sebab, cadev itu dipakai oleh BI untuk intervensi menstabilkan nilai tukar rupiah.
"Cadev memamg akan turun. Kami confidence, masih di atas kebutuhan minimal 3 bulan impor. Cadev kita masih bisa biayai 8,6 atau 8,3 bulan impor. Jadi room itu ada," kata Dody di Gedung DPR RI, Selasa (27/3).
"Jadi, kalau turun jangan dilihat kondisinya memburuk, itu kan memang diperlukan untuk kita intervensi," lanjutnya.
Tak hanya dari cadev, menurut Dody, BI juga menggunakan hedging untuk stabilisasi nilai tukar rupiah. Adapun local currency settlement digunakan dalam langkah ini. "Kami gunakan baht atau ringgit. Kami gunakan itu semua tapi jangka pendek kita gunakan cadev dan komunikasi agar confidence terbangun," ujarnya.
Dody mengatakan, meski pasar tengah menghitung Fed Fund Rate naik sebanyak empat kali pada tahun ini, BI masih percaya diri dengan pertahanan cadev. BI sendiri sampai saat ini masih melihat The Fed akan menaikkan suku bunganya sebanyak tiga kali.
"Masih, masih confidence dong. Kan 8.3-8.6 bulan kemampuannya. Kebutuhannya cuma 3 bulan. Masih besar. Nanti kalau pemerintah terbitkan global bond, valasnya masuk lagi. Kalau misalnya devisa migasnya naik karena harga masih tinggi seperti sekarang, itu juga devisa bisa naik" jelasnya.
Adapun melihat kenaikan FFR sebanyak empat kali, stance BI masih netral. "Tidak ada room penurunan suku bunga. Itu saja," ucapnya.
Ia melihat, dengan kenaikan FFR sebanyak 4 kali yang sudah dikalkulasi pasar, seharusnya ke depannya tidak membuat gejolak lebih besar lagi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News