kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bunga utang pemerintah mulai merekah tahun ini, begini kata ekonom Bank Mandiri


Rabu, 19 Mei 2021 / 19:42 WIB
Bunga utang pemerintah mulai merekah tahun ini, begini kata ekonom Bank Mandiri
ILUSTRASI. Bunga utang pemerintah mulai merekah tahun ini, begini kata ekonom Bank Mandiri


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak tahun  lalu, penerbitan utang pemerintah melonjak seiring untuk memenuhi besarnya pembiayaan akibat dampak virus corona baik di bidang kesehatan, sosial, hingga ekonomi. Namun, penerbitan utang itu akan berimplikasi kepada beban bunga utang. 

Pada 2019 sebelum terjadinya pandemi utang neto pemerintah sebesar Rp 437,5 triliun. Kemudian, melonjak hingga Rp 1.226,8 triliun di tahun 2020. Lalu, pada 2021 outlook utang neto sebesar Rp 1.177,4 triliun. 

Penambahan utang neto tahun lalu walhasil membuat akumulasi bunga utang pemerintah sebesar Rp 314,1 triliun, naik Rp 38,6 triliun dari tahun sebelumnya. Jumlah itu terus mekar, jika dihitung sejak 2019 maka total bunga utang sebesar Rp 373,3 triliun pada 2021, atau bertambah Rp 97,8 triliun. 

Bahkan di tahun 2022, pemerintah memperkirakan total bunga utang tembus Rp 417,4 triliun. Secara berurutan, beban bunga baru yang diakibatkan pembiayaan defisit APBN sejak 2020 hingga 2022 masing-masing sebesar Rp 38,2 triliun, Rp 49,6 triliun, dan Rp 45,3 triliun.

Baca Juga: Pandemi membuat bunga utang pemerintah bisa menembus Rp 417,4 triliun pada tahun 2022

Sementara bunga baseline atau bunga dari utang-utang pemerintah sebelumnya masing-masing sebesar Rp 275,9 triliun, Rp 323,7 triliun, dan Rp 372,1 triliun. 

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan pembiayaan bunga utang akan terus berjalan ke tahun selanjutnya sesuai dengan tenor utangnya. Sehingga dengan diterbitkan surat utang baru atau melakukan pinjaman baru setiap tahunnya maka secara kumulatif pembiayaan bunga akan naik.  

Alhasil Faisal menilai wajar jika bunga utang terus mekar sebab pemerintah di 2020 dan 2021 menambah surat utang baru cukup besar karena keperluan program pemulihan ekonomi nasional (PEN) guna pemercepatan pemulihan ekonomi.  

Hal tersebut sejalan sesuai dengan kebijakan pelebaran defisit ke atas 3% dari PDB terkait pananganan pandemi covid, namun pada 2023 harus sudah kembali ke bawah 3%. 

Setali tiga uang Faisal mengatakan lonjakan bunga utang akan berlangsung hingga 2022. Dari sisi kemampuan pemerintah membayar utang dinilai masih cukup baik.

Baca Juga: Minat dan penerbitan obligasi korporasi semakin meningkat, ini penyebabnya




TERBARU

[X]
×