CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.477.000   -5.000   -0,34%
  • USD/IDR 15.789   11,00   0,07%
  • IDX 7.353   31,37   0,43%
  • KOMPAS100 1.127   6,82   0,61%
  • LQ45 893   8,75   0,99%
  • ISSI 223   0,40   0,18%
  • IDX30 458   5,28   1,17%
  • IDXHIDIV20 550   4,82   0,88%
  • IDX80 129   0,90   0,70%
  • IDXV30 138   0,70   0,51%
  • IDXQ30 152   1,05   0,70%

BRG dorong pelatihan sekolah lapang tanpa bakar di lingkungan pesantren


Jumat, 18 Desember 2020 / 08:35 WIB
BRG dorong pelatihan sekolah lapang tanpa bakar di lingkungan pesantren
ILUSTRASI. Jaga ketahanan pangan, BRG dorong penanaman sagu seluas 100 hektar di lahan gambut.


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Restorasi Gambut (BRG) terus berupaya memulihkan dan menjaga gambut. Selain menggandeng pemerintah daerah dan akademisi, BRG juga menggandeng pengelola pondok pesantren untuk menjalani Sekolah Lapang Petani Gambut. 

Program Sekolah Lapang Petani Gambut berisi materi dan pembelajaran mengenai pertanian alami tanpa bakar di areal gambut dan restorasinya. 

Kepala Kelompok Kerja Edukasi dan Sosialisasi BRG, Suwignya Utama menyebut Sekolah Lapang Petani Gambut menjadi solusi bagi para petani atas pelarangan pembukaan lahan dengan cara membakar. Gagasan program ini muncul beriringan dengan ditemukannya teknologi Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB). 

Baca Juga: Mau jadikan Indonesia raja kakao di dunia, ini strategi pemerintah

“Pada 2016, kami kumpulkan para petani inovator gambut yang menemukan cara bertani di lahan gambut tanpa membakar dan bisa menggunakan nutrisi tanaman buatan sendiri,” kata Suwignya dalam keterangannya, Jumat (18/12).

Dari kegiatan Sekolah Lapang Petani Gambut ini, BRG memperkuat melalui Masjid Peduli Gambut. Yang terbaru, BRG menggandeng pesantren untuk mengajarkan kepada para santri mengenai aktivitas pembukaan dan pengelolaan lahan secara alami.  “Pesantren di Riau sangat banyak. Beberapa diantaranya punya lahan produktif,” kata dia. 

Suwignya berharap kerja sama dan pelatihan ini bisa menjadi penggerak ekonomi pondok pesantren. ”Sehingga ekonomi pesantren dari lahan-lahan tadi bisa untuk menyuplai para santri dan warga sekitar pesantren,” ujar dia. 

Sementara itu, Pengurus Ponpes Al Muttaqin, KH Muhammad Winto mengakui program ini sebagai solusi. Sebab, dia menyebut, pembakaran untuk membuka lahan banyak dilakukan masyarakat. “Dulu warga beranggapan, mengolah gambut tanpa dibakar itu tidak bisa, tapi sekarang sudah ada tekniknya,” ucap dia. 

Dia berharap program Sekolah Lapang Petani Gambut di pesantrennya bisa dipraktikan para santri dan pengajar. Dengan kegiatan itu, dia berharap kebakaran lahan gambut dapat dihindarkan. 

Baca Juga: Cegah kebakaran hutan dan lahan, ini yang dilakukan Minamas Plantation

Sementara itu, perwakilan LPPNU Pusat, Kaspun Nazir menyebut Sekolah Lapang Petani Gambut di pesantren sejalan dengan data Sekolah Maarif NU. Dia menyebut sebanyak 53% total siswa di Sekolah Maarif NU berasal dari keluarga petani dan buruh. “Makanya dari pada itu, membangun komitmen bersama dengan BRG, agar tidak lagi bencana kebakaran gambut,” ucap Kaspun.

Selanjutnya: Widodo Makmur Perkasa (WMP) jaga rantai pasok di industri protein hewani

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×