Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor dan impor atau neraca perdagangan pada Februari lalu surplus sebesar US$ 1,32 miliar.
Nilai ekspor Indonesia pada Februari lalu tercatat US$ 12,57 miliar atau mengalami penurunan sebesar 6,17% dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara untuk impor, BPS mencatat terjadi penurunan 5,96% menjadi US$ 11,26 miliar pada Februari lalu dari bulan sebelumnya.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengatakan, ke depannya terdapat beberapa variasi ekspor yang bisa digenjot oleh pemerintah. Contohnya ekspor mobil hingga ke Filipina dan Arab Saudi yang dilakukan oleh Indonesia.
"Jadi ini unik, ekspor ke Filipina pada Februari lalu nilainya mencapai US$ 53 juta, sebelumnya sekitar US$ 45 juta. Kemudian Arab Saudi US$ 10-20 juta," ujarnya di Gedung BPS, Jakarta, Rabu (15/3).
Ia melanjutkan, potensi ekspor ke Arab Saudi terbilang besar. Yang penting, Indonesia harus bisa memanfaatkan potensi ekspor lainnya seperti ekspor buah-buahan.
“Produk pertanian belum ke sana. Menurut saya itu potensi kita ke sana. Buah di Timur Tengah masih dikuasai Mesir. Jeruk, pisang yang masuk ke Arab Saudi berasal dari Mesir,” ucapnya.
Ia memperkirakan, pada Maret 2017, neraca perdagangan Indonesia akan tetap kembali mengalami surplus. Pasalnya bila melihat tren, biasanya Maret itu cenderung lebih tinggi dari Februari.
“Saya terus terang berharap dari Indian Ocean ini,” kata dia.
Hal ini mungkin terjadi apabila pemerintah memperhatikan adanya penurunan ekspor CPO. Oleh karena itu, Indonesia perlu melakukan diversifikasi ekspor agar tak selalu bergantung pada komoditas.
"Saat ini masih CPO dan batubara, makanya perlu diversifikasi. Sebenarnya yang kita ekspor, apa saja ada ya, mobil saja ada, yang seperti begitu ada marketnya. Tinggal bagaimana market itu dibesarkan. Itu yang punya peluang besar harus dilakukan," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News