Reporter: Irma Yani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Tsunami Jepang rupanya ikut memberikan dampak bagi perekonomian Indonesia. Meski tercatat masih terbesar kontribusinya, namun ekspor RI ke Jepang melorot sebesar 25% pasca bencana tsunami.
BPS mencatatkan, nilai ekspor non migas ke Jepang pada bulan Februari mencapai US$ 1,6 miliar. Ekspor nonmigas ke Jepang tersebut merupakan ekspor terbesar. Kemudian, disusul Amerika Serikat US$ 1,25 miliar, dan China US$ 1,18 miliar.
“Karena mungkin disana pelabuhan tidak sempurna terima barang ekspor,” kata Kepala BPS Rusman Heriawan, Jumat (1/4).
Ia memaparkan, berdasarkan data pengiriman barang ekspor dari Indonesia ke Jepang yang masuk ke 60 pelabuhan utama di Jepang, terlihat adanya penurunan baik dari segi nilai maupun volume selama Maret. Kondisi pelabuhan Jepang yang rusak menjadi salah satu penghambat ekspor RI ke Negeri Matahari Terbit itu.
"Dari segi volume turun 50% dibandingkan dengan bulan sebelumnya," ucapnya.
Menurutnya, para importir Jepang kemungkinan besar saat ini lebih fokus pada pemulihan pasca tsunami dan gempa yang terjadi pada 11 Maret lalu.
Namun demikian, Rusman menjelaskan jika besarannya nilai ekspor yang turun itu belum bisa dilihat saat ini. Maka, katanya, dampak ekspor secara nyata akan jelas kelihatan pada rilis ekspor Mei mendatang.
"Nanti kita lihat pada Mei apakah Maret itu penurunan signifikan atau tidak. Ini kan baru data awal. Angka yang kita pakai sekarang adalah angka sementara dengan melihat pada volume dan nilai ekspor yang masuk ke 60 pelabuhan utama di Jepang," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News