Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan perubahan iklim telah memberikan tekanan pada sumber daya air yang semakin langka.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan kondisi tersebut berdampak pada peningkatan kerentanan pada stok pangan dunia di tahun 2050 mendatang.
Bahkan, Organisasi Pangan Dan Pertanian Dunia (FAO) memprediksi pada tahun 2050, perubahan iklim akan mengganggu 80% produksi pangan dunia yang dikerjakan oleh lebih dari 500 juta petani skala kecil.
Baca Juga: Dampak El Nino Mulai Terasa, Ini 3 Titah Presiden Jokowi ke Jajarannya
"Perubahan iklim akan meningkatkan kerentanan ketahanan pangan dunia di pertengahan abad 21 (2050)," kata Dwikorita dalam diskusi daring, Rabu (15/11).
Banyak negara yang rentan mengalami gangguan krisis pangan misalnya di Afrika, Amerika, Selatan dan Asia termasuk Indonesia akibat kekurangan pasokan sumber daya air bersih.
"Jadi pada tahun 2050 kita juga akan terdampak kerawanan krisis pangan," tambah Dwikorita.
Di Indonesia sendiri, BMKG melihat saat ini telah terjadi kenaikan suhu yang seragam dengan tingkat kenaikan yang bervariasi di wilayah yang berbeda.
Tren laju peningkatan suhu terbesar pada periode 1951-2021 terjadi di Kalimantan, Sulawesi, Sumatra bagian Selatan dan area Jakarta dan sekitarnya.
Beberapa area bahkan mengalami peningkatan suhu hingga mencapai 0,15 derajat per 10 tahun.
Baca Juga: Kekeringan Mengancam Akibat Kemarau Panjang, Kementerian PUPR Lakukan Ini
"Jadi dalam waktu 30 tahun kenaikan suhu sudah mencapai 0,45. Kalau suhu awal sudah mencapai 1 derajat celcius lebih dalam waktu 3 tahun mungkin suhu lebih dari 1,5 derajat kenaikan bisa tercapai dalam waktu yang tidak lama lagi," jelasnya.
Fakta ini, menurutnya harus dijadikan rujukan bagi kementerian dan lembaga terkait untuk memitigasi banyak hal termasuk isu kerentanan pangan.
Dwikorita menegaskan, bahwa dalam hal ini BMKG bukan hanya sebagai penyedia data. BMKG memiliki informasi pengetahuan dan wisdom terkait perubahan iklim di Indonesia yang dapat digunakan untuk kepentingan perencanaan pembangunan nasional.
"Informasi tersebut hasur digunakan untuk mendukung aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim olek sektor terkait," tutup Dwikorita.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News