Reporter: Eka Saputra, Narita Indrastiti | Editor: Edy Can
JAKARTA. Komisi VI DPR menyetujui anggaran Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) senilai Rp 1,1 triliun tahun 2012. Anggaran ini lebih besar dari anggaran yang telah tercantum dana Rencana Kerja Anggaran-Kementerian Lembaga (RKA-KL) BKPM sebesar Rp 652 miliar.
Rupanya dalam pembahasan anggaran BKPM, Komisi VI DPR menyetujui usulan anggaran tambahan sebesar Rp 349 miliar dan anggaran Rp 100 miliar untuk program BKPM bertajuk Rebranding Invest in Remarkable Indonesia. "Kami juga sudah menyetujui anggaran tambahan ini," kata Airlangga Hartanto, Ketua Komisi VI dari Fraksi Golkar, Senin (17/10).
Namun, Airlangga mengatakan bahwa ada catatan dari Komisi VI DPR, bahwa anggaran ini akan BKPM tersebut bisa saja dikurangi bila ada kebutuhan anggaran di kementerian/lembaga lain yang lebih membutuhkan anggaran. "Catatan yang lain, Banggar Komisi VI meminta agar BKPM mengoptimalkan anggaran ini dan mengakomodasi pula kebutuhan anggaran tahun yang akan datang," kata Airlangga.
Kepala BKPM Gita Wirjawan mengapresiasi persetujuan anggaran untuk BKPM tersebut. "Kami lihat ini sebagai achievement atas upaya keras BKPM selama ini. Perlu diingat bahwa investasi sudah meningkat, dan didukung anggaran yang maksimal ini jadi momen baik untuk meningkatkan iklim investasi," imbuh calon Menteri Perdagangan tersebut.
Menurut Azhar Lubis, Deputi Kepala BKPM bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, jatah anggaran BKPM sebesar Rp 652 miliar memang masih kurang mengingat target investasi tahun depan sangat besar yakni Rp 290 triliun.
Anggaran tambahan antara lain akan digunakan untuk penguatan sarana dan prasarana, anggaran promosi, pengembangan modal, anggaran sekretariat, dan kerjasama penanaman modal.
Tambahan dana untuk program BKPM bertajuk Rebranding Invest in Remarkable Indonesia sebesar Rp 100 miliar akan digunakan untuk mempromosikan Indonesia kepada calon investor di media internasional. "Kami mau promosi di stasiun televisi seperti CNN, BBC, dan Bloomberg. Sementara dana kita sangat sedikit," kata Lubis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News