kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.906.000   4.000   0,21%
  • USD/IDR 16.249   -5,00   -0,03%
  • IDX 7.047   42,07   0,60%
  • KOMPAS100 1.029   8,11   0,79%
  • LQ45 786   6,95   0,89%
  • ISSI 231   0,98   0,43%
  • IDX30 406   4,77   1,19%
  • IDXHIDIV20 470   5,25   1,13%
  • IDX80 116   1,04   0,90%
  • IDXV30 117   1,12   0,96%
  • IDXQ30 131   1,74   1,35%

BKKBN Sebut Faktor Ekonomi Hambat Masyarakat Kota Berkeinginan Punya Anak Banyak


Jumat, 11 Juli 2025 / 13:56 WIB
BKKBN Sebut Faktor Ekonomi Hambat Masyarakat Kota Berkeinginan Punya Anak Banyak
ILUSTRASI. BOGOR, 31/1- KELUARGA BERENCANA. Dua orang ibu mendapat penjelasan tentang kesehatan dalam kegiatan sosial yang diselenggarakan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di kelurahan Margajaya, Bogor, Jabar, Sabtu (31/1). Kegiatan tersebut diisi dengan berbagai sosialisasi pelayanan kesehatan keluarga berencana yang meliputi kesehatan reproduksi, alat kontrasepsi. FOTO ANTARA/Jafkhairi/ss/ama/09


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ancaman menurunnya produktivitas nasional tidak hanya datang dari sektor ekonomi dan industri, tetapi juga dari perubahan struktur demografi Indonesia.

Berdasarkan catatan Kontan, peningkatan jumlah penduduk Indonesia setiap tahun menunjukkan penurunan bertahap. Pada 2015, laju pertumbuhan penduduk tercatat 1,38%, namun angka ini terus menurun setiap tahunnya hingga mencapai 1,09% pada 2025. Pada 2025 jumlah penduduk Indoensia mencapai 284,44 juta jiwa.

Deputi Bidang Pengendalian Penduduk Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN, Bonivasius Prasetya Ichtiarto mengungkapkan, bahwa tekanan ekonomi telah menjadi faktor utama yang menghambat keinginan masyarakat untuk memiliki anak lebih banyak.

Ia mengungkapkan, baru-baru ini BKKBN sudah meluncurkan Laporan State of World Population (Laporan Kependudukan Dunia) bersama United Nations Population Fund (UNFPA), untuk mengetahui permasalahan populasi di Indoensia.

Baca Juga: Laju Pertumbuhan Melambat, Jumlah Penduduk Indonesia Masih Terbesar Keempat Dunia

“Dari hasil survei memang terlihat adanya penurunan populasi, sebenarnya belum kelihatan memang, dari hasil survei itu terlihat ada keinginan orang ingin punya anak lebih. Nah kenapa tidak tercapai keinginan tersebut? Karena ada tekananan ekonomi,” tutur Bonivasius dalam agenda Peluncuran Desain Besar Pembangunan Kependudukan 2025-2045, Jumat (11/7).

Bonivasius mencatat, secara nasional angka Total Fertility Rate (TFR) Indonesia masih berada pada kisaran ideal, yakni 2,1. Namun, ia mengingatkan adanya gejala penurunan TFR di kota-kota besar yang telah berada di bawah angka 2.

Sementara itu, di daerah lainnya masih cukup tinggi bahkan 2,5 hingga 2,6, dengan jumlah anak bisa lebih dari 3 atau 5 per keluarga.

Baca Juga: Ubah Metode, Bank Dunia Sebut Jumlah Penduduk Miskin RI Capai 68,91% dari Populasi

“Di kota-kota besar sudah terlihat angka TFR di bawah 2, artinya betul ada tekanan ekonomi yang mempengaruhi,” jelasnya.

Menurut Bonivasius, hal ini menuntut kebijakan yang tidak seragam. BKKBN tengah menyiapkan pendekatan asimetris dalam pengelolaan program Keluarga Berencana (KB) dengan menyesuaikan kondisi TFR di masing-masing daerah.

“Program KB tetap berjalan, tapi akan kita sesuaikan. Ini bukan lagi kebijakan satu resep untuk semua. Kita harus hati-hati terhadap TFR yang terlalu rendah, tapi juga waspada terhadap TFR yang terlalu tinggi,” ujarnya.

Tak hanya soal fertilitas, Indonesia juga mulai menghadapi tantangan aging population atau populasi lansia. Berdasarkan data, lebih dari 10% penduduk Indonesia kini berusia di atas 60 tahun.

“Kalau tidak disiapkan sejak dini, kita bisa alami situasi seperti Jepang yang tidak siap dengan lonjakan penduduk usia tua,” kata Bonivasius.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, BKKBN telah menyiapkan berbagai kebijakan dalam Dokumen Perencanaan Bidang Kependudukan (DPBK) yang diturunkan menjadi Peta Jalan Pengendalian Kependudukan (PJPK).

Di dalamnya, terdapat indeks lansia berdaya yang menjadi dasar penyusunan program dan kegiatan hingga ke tingkat kabupaten/kota.

Salah satu program BKKBN yaitu Sidaya, yang menyasar pemberdayaan lansia secara aktif sebelum mereka masuk usia 60 ke atas. Pihaknya bekerja sama dengan Kemendagri agar program ini bisa diimplementasikan secara efektif sampai ke daerah.

Baca Juga: Jumlah Penduduk Miskin Turun di September 2024, Kemensos Ungkap Faktornya

Selanjutnya: 8 Tips Investasi Warren Buffett untuk Bangun Kekayaan Jangka Panjang

Menarik Dibaca: Bercinta dengan Pasangan Bisa Menurunkan Berat Badan lo, Kata Penelitian

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×