kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

BI: Tekanan terhadap rupiah lebih longgar


Kamis, 06 Maret 2014 / 18:23 WIB
BI: Tekanan terhadap rupiah lebih longgar
ILUSTRASI. Ada cara mudah yang bisa dilakukan untuk melihat history Tiktok dari video-video lama yang pernah ditonton.? REUTERS/Dado Ruvic


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terus menunjukkan penguatan selama beberapa hari belakangan. Hari ini, nilai tukar rupiah diperdagangkan pada posisi Rp 11.554 per dollar AS dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI), atau menguat dibandingkan posisi kemarin Rp 11.580.

Gubernur BI Agus DW Martowardojo menyatakan, pihak bank sentral menyambut baik penguatan rupiah beberapa waktu terakhir ini. Sebab, penguatan nilai tukar mata uang Indonesia menujukkan bahwa tahun 2014 ini, tekanan terhadap rupiah dalam tren menurun jika dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan regional.

"Kurs uang relatif stabil karena ada penguatan jika dibandingkan dengan negara-negara regional lain sesama negara berkembang kawasan regional yang mempunyai transaksi berjalan yang perlu diperhatikan. Tahun 2014 ini ternyata Indonesia mengalami penurunan tekanan dibanding negara lain yang banyak mengalami tekanan," jelas Agus di Gedung BI, Jakarta, Kamis (6/3). Sehingga, nilai tukar rupiah bisa menunjukkan penguatan.

Penguatan mata uang garuda ini menurut Agus diantaranya disebabkan kepercayaan investor asing terhadap iklim ekonomi Indonesia. Kepercayaan investor asing ini turut mendorong penguatan nilai mata uang Indonesia sebanyak 3%-5%,

Meski demikian, lanjut Agus, kondisi inflasi Indonesia masih harus terus dipantau. Inflasi akhir Februari lalu telah menurun hingga ke level 7,7% secara tahunan dibanding akhir tahun 2013 di level 8,38%.

Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah mengenai neraca perdagangan. Sebab, kondisi neraca perdagangan Indonesia awal tahun 2014 mengalami defisit meski merupakan pola siklikal atau musiman.

Agus menekankan, meski transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) sepanjang 2013 sudah menunjukkan kondisi membaik yaitu US$ 28 miliar, namun kondisi ini justru memburuk dibanding 2012 lalu, dengan CAD US$ 24 miliar.

"Jangan sampai kita lengah dengan kondisi perbaikan yang ada. Perlu ada perbaikan neraca perdagangan supaya mencapai current account maksimum 2,5% dari produk domestik bruto 2014," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×