Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - YOGYAKARTA. Pemerintah punya beberapa cara untuk memperkecil defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD). Bank Indonesia (BI) mencatat, defisit transaksi berjalan kuartal II-2018 mencapai US$ 8 miliar atau 3,0% dari PDB.
Pemerintah dan BI sama-sama memiliki sepaket kebijakan untuk memperkecil CAD ini. Targetnya, CAD bisa menjadi hampir tidak ada atau nol dalam jangka menengah.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, CAD untuk Indonesia sebenarnya masih aman selama tidak lebih dari 3% dari PDB selama setahun. Namun, pemerintah dan BI ingin agar CAD diturunkan lebih cepat supaya lebih aman.
“Kemarin memang di kuartal I-2018 sebesar 2,1% dari PDB. Di kuartal II-2018 itu 3% dari PDB. Ini sebenarnya masih di bawah, tetapi kami ingin turunkan lebih cepat supaya lebih aman karena kondisi global tidak stabil,” kata Perry di sela agenda Rakorpusda di Yogyakarta, Rabu (29/8).
Ia melanjutkan, untuk itu, pemerintah dan BI sudah punya langkah konkret masing-masing. “Oleh karena itu, defisit tahun depan akan lebih rendah lagi dan lebih aman,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut B. Pandjaitan mengatakan, ada beberapa langkah yang telah disusun pemerintah untuk memperkecil CAD. Dengan empat langkah ini, CAD akan bisa turun di bawah 1% tahun depan bisa positif pada beberapa tahun ke depan
Ada empat langkah yang disiapkan. Pertama, penggunaan biodiesel B20 untuk solar public service obligation (PSO) dan Non PSO.
“Dengan mengurangi impor minyak mentah, mengganti dengan B20 maka kita bisa hemat US$ 2 miliar tahun ini dan tahun depan bisa US$ 8 miliar-US$ 10 miliar karena tahun ini akan kami ganti dengan 1,2 juta ton biodiesel dan tahun depan kami akan bikin sampai pada 6 koma sekian juta ton biodiesel,” kata Luhut
Bersamaan dengan itu juga, Luhut mengatakan, Tiongkok sudah membeli 1,2 juta ton minyak sawit mentah (CPO) dan sudah kontrak.
“Jadi, kami harapkan harga kelapa sawit kita bisa naik dari US$ 530 per ton bisa bertahap ke US$ 600 per ton atau US$ 650 per ton hingga US$ 700 per ton. Ini bisa bantu CAD kita ditambah dengan impor yang berkurang itu,” kata Luhut.
Kedua, peningkatan sektor pariwisata untuk menarik devisa dari wisatawan asing. “Kami cemburu lihat Thailand. Kalau tahun depan kita bisa terima US$ 20 miliar, 2024 bisa lah US$ 30 miliar. Ini bisa bikin positif CAD," imbuh Luhut.
Ketiga, meningkatan penggunaan komponen lokal (TKDN). Keempat, meningkatkan daya dorong belanja pemerintah untuk menggerakkan ekonomi domestik.
“Dengan adanya langkah-langkah ini, kami lihat tahun depan mungkin CAD kita akan hampir tidak ada atau ke arah nol,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News