Reporter: Riska Rahman | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para pelaku pasar kini tengah mengawasi langkah Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), terkait kenaikan suku bunga acuan. Namun, pejabat Bank Indonesia (BI) melihat hal tersebut tak akan berpengaruh banyak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Asisten Gubernur dan Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo mengatakan, kemungkinan naiknya Fed Fund Rate (FFR) sudah diperhitungkan oleh BI. Kemungkinan tersebut pun telah diperhitungkan BI sejak mereka menurunkan suku bunga acuan 7-day reverse repo rate dua kali pada Agustus dan September lalu.
"Kami sudah perhitungkan semua risiko eksternal tahun ini, termasuk juga potensi inflasi dan perubahan nilai tukar," ujarnya dalam diskusi panel di acara Bloomberg The Year Ahead di Jakarta, Rabu (6/12).
Dody masih optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan akan berkisar di angka 5,1% hingga 5,5%, meskipun The Fed menaikkan suku bunga acuan jelang akhir tahun ini. Pasalnya, BI dan pemerintah akan terus menjaga agar defisit neraca berjalan negara di level 2%.
Untuk mencapai pertumbuhan tersebut, Dody berharap pertumbuhan konsumsi masyarakat Indonesia bisa bertambah.
"Kami akan membuat aturan untuk bisa meningkatkan konsumsi masyarakat di tahun depan. Dengan begitu, kami harap konsumsi masyarakat bisa meningkat ke angka 5% sehingga bisa membantu mendorong pertumbuhan ekonomi Tanah Air," terangnya.
Adapun ia melihat pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang hanya mencapai angka 4,93% di kuartal III-2017 disebabkan dampak turunnya harga komoditas pada 2016 lalu. Akibatnya, pendapatan rumah tangga menjadi berkurang yang berujung pada masyarakat menahan konsumsinya pada tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News