kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

BI: Rupiah stabil, tetapi masih undervalue


Minggu, 26 Maret 2017 / 19:19 WIB
BI: Rupiah stabil, tetapi masih undervalue


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) hingga saat ini cenderung stabil di kisaran Rp 13.300 per dollar AS. Meski stabil, Bank Indonesia menyatakan level tersebut masih sedikit di bawah nilai fundamental (undervalue).

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), kurs rupiah sempat berada di level Rp 13.400 pada tanggal 3-4 Januari lalu. Setelah itu, rupiah stabil di level Rp 13.320-Rp 13.3780 per dollar AS. Sementara, pada 24 Maret 2017, kurs rupiah bergerak di level Rp 13.329 per dollar AS, menguat dibanding satu hari sebelumnya yang sebesar Rp 13.332 per dollar AS.

"Tidak terlalu kuat, juga tidak terlalu lemah. Tetapi ya masih sedikit undervalue," kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara, akhir pekan lalu. Posisi nilai tukar tersebut juga masih sedikit lebih lemah dibandingkan asumsi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 yang dipatok sebesar Rp 13.300 per dollar AS.

Meski demikian, menurut Mirza, saat ini volatilitas rupiah berada di bawah 3%. Angka itu jauh berbeda dengan volatilitas rupiah saat tappering AS 2013 lalu yang melebihi 12%. Perbaikan tersebut menunjukkan kondisi Indonesia yang lebih stabil dan persepsi terhadap ekonomi Indonesia yang masih positif.

"Jadi kami comfortable," imbuh Mirza. Ia mengatakan, lebih stabilnya nilai tukar rupiah saat ini belum menjadikan pihaknya berpuas diri. Sebab, masih ada tantangan lainnya, misalnya inflasi hingga kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed) tahun ini.

Mirza bilang, saat ini pihaknya cukup konservatif terkait dengan arus modal asing yang masuk ke Indonesia (capital inflow). Dengan situasi The Fed yang diperkirakan akan mengalami kenaikan dua kali lagi setelah kenaikan di pertengahan Maret, Mirza meramal capital inflow tahun ini lebih kecil dari tahun lalu.

Namun, jika The Fed bisa melakukan komunikasi yang baik ke pelaku pasar terkait dengan kebijakan moneternya dibarengi dengan perbaikan infrastruktur dan pengelolaan makro ekonomo yang baik maka arus modal asing bisa masuk. Hal itu terjadi saat kenaikan suku bunga The Fed bulan ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×