kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

BI Proyeksikan Lonjakan Transaksi Digital pada 2030, Ekonom Soroti Peran UMKM


Minggu, 25 Agustus 2024 / 22:20 WIB
BI Proyeksikan Lonjakan Transaksi Digital pada 2030, Ekonom Soroti Peran UMKM
ILUSTRASI. Seorang warga memindai pembayaran digital Quick Response Indonesia Standard (QRIS) di kafe Maju Makmur, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Jumat (23/8/2024). Bank Indonesia mencatat pertumbuhan perbankan digital pada Juli 2024 tumbuh sebesar 30,50 persen secara tahunan (yoy) dengan jumlah transaksi mencapai 1.845,27 juta. ANTARA FOTO/Auliya Rahman/rwa.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memproyeksikan bahwa transaksi digital akan mengalami lonjakan signifikan pada tahun 2030.

Jumlah total transaksi digital diperkirakan akan mencapai 10,05 miliar, meningkat tajam dari sekitar 600 juta transaksi yang tercatat saat ini.

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) memprediksi bahwa proyeksi 10,05 miliar transaksi digital ini akan bernilai hingga Rp 893,25 triliun.

Baca Juga: Transaksi Terus Menurun, Masihkah Kartu ATM Dibutuhkan?

Menurutnya, untuk memastikan bahwa pertumbuhan transaksi digital ini dapat berkontribusi positif terhadap perekonomian, diperlukan upaya mendorong Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) agar terintegrasi dalam ekosistem digital.

"Transaksi digital harus didorong tidak hanya dalam aspek pembayaran, tetapi juga dalam pemasaran digital," ujar Bhima kepada Kontan pada Minggu (25/8).

Ia menambahkan bahwa semakin besar porsi transaksi digital yang digunakan untuk membeli produk barang dan jasa dari UMKM, maka hal ini akan berdampak positif pada peningkatan serapan tenaga kerja.

Bhima juga menyoroti pentingnya mendorong transaksi digital ke sektor usaha produktif, seperti pertanian, yang saat ini masih memiliki porsi kecil dalam ekonomi digital.

Baca Juga: BI Sebut Inklusi Keuangan Indonesia Masih Mandek, Ini Penyebabnya

Salah satu caranya adalah dengan mengintegrasikan sektor grocery atau kebutuhan sehari-hari dengan usaha pertanian.

Namun, Bhima menegaskan bahwa rencana untuk menggerakkan sektor UMKM dan pertanian ke arah digitalisasi tidak cukup hanya dengan kebijakan saja.

Ia menekankan pentingnya sosialisasi yang intensif kepada pelaku UMKM dan sektor pertanian.

"Saya melihat BI sudah berada di jalur yang tepat dalam mendorong pelaku usaha kecil menggunakan QRIS dan meningkatkan inklusi keuangan," tambah Bhima.

Sementara itu, Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto memperkirakan bahwa jika pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 5% dalam lima tahun ke depan, maka nilai transaksi digital hanya akan tumbuh secara moderat meskipun jumlah transaksinya melonjak tajam.

Menurut Eko, jika sektor produktif dan industri pengolahan tidak tumbuh dua digit, akselerasi ekonomi melalui transaksi digital akan sulit tercapai.

Baca Juga: Jumlah Transaksi Meningkat, Tak Menutup Kemungkinan BI Turunkan Biaya BI-Fast

"Tanpa pertumbuhan yang tinggi di industri pengolahan, ekonomi akan sulit untuk berakselerasi. Nilai transaksinya hanya akan moderat, dan penerimaan pajak juga akan melambat," ungkapnya.

Meski demikian, Eko menyarankan agar biaya administrasi transaksi digital dibuat semurah mungkin, bahkan sebaiknya digratiskan untuk layanan sosial dan UMKM, guna mendukung pertumbuhan yang lebih inklusif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×