Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Krisis finansial yang pernah melanda global pada tahun 2008 - 2009 tetap membawa pelajaran berharga bagi Indonesia.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti mengatakan, pelajaran yang bisa dipetik dari krisis tersebut adalah dengan lebih memperhatikan stabilitas sistem keuangan lewat kebijakan makro prudensial.
“Yang sifatnya countercyclical terhadap siklus keuangan sehingga bisa menjadi komplemen dari kebijakan moneter,” ujar Destry dalam webinar Peran Kebijakan Makroprudensial dalam Pemulihan Ekonomi, Jumat (28/5).
Memang, kebijakan moneter sudah ada dan kerangka kebijakan moneter ini menjaga inflasi dan nilai tukar rupiah. Namun, ini bukan menjadi jaminan akan terciptanya stabilitas makroekonomi secara keseluruhan.
Kemudian, kebijakan makro prudensial yang ada untuk memitigasi risiko makro finansial diimplementasikan oleh bank sentral lewat instrumen makro prudensial berbasis kredit bank, likuiditas bank, serta berbasis permodalan bank.
Baca Juga: Pada tahun lalu, BI cetak surplus operasional sebesar Rp 26,29 triliun
Lewat kebijakan makro prudensial tersebut, hubungan kondisi komponen mikro dalam sistem keuangan digadang mampu semakin memperkuat stabilitas makroekonomi.
Hal ini disebabkan oleh kemampuan kebijakan makro prudensial yang secara fleksibel mengelola ketidakseimbangan keuangan secara keseluruhan maupun tertarget pada sektor yang bisa mendorong akselerasi ekonomi.
“Seperti misalnya sektor properti, otomotif, dan UMKM, bahkan sektor prioritas lainnya yang berorientasi ekspor,” tandas Destry.
Selanjutnya: Wamenkeu Suahasil Nazara sebut aktivitas ekonomi Indonesia konsisten meningkat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News