kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

BI jelaskan kenapa yield obligasi pemerintah masih di atas 7%


Selasa, 31 Juli 2018 / 19:28 WIB
BI jelaskan kenapa yield obligasi pemerintah masih di atas 7%
ILUSTRASI. Gubernur BI Perry Warjiyo


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Imbal hasil (yield) obligasi negara seri 10 tahun yang masih berada di level 7,72% sejak Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 100 bps.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan, bertahannya yield di posisi tersebut masih disebabkan oleh ketidakpastian ekonomi global.

“Kami lihat itu mencerminkan mekanisme pasar. Tempo hari, tekanan global meningkat. Tentu ada kenaikan yield yang terjadi di obligasi non-benchmark dan benchmark,” kata Perry di Gedung Kementerian Keuangan (Kemkeu), Selasa (31/7).

Meski begitu, ia mengatakan bahwa sebulan terakhir ini inflow makin kuat ke dalam negeri dan jumlahnya terus meningkat. “Hari ini lelang Surat Berharga Negara (SBN) tercatat Rp 20 triliun. Terlihat bahwa perkembangan yield makin membaik,” ucapnya.

“Dengan demikian, perkembangan yield ini mencerminkan perkembangan mekanisme pasar,” lanjutnya

Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Adrian Panggabean mengatakan, sejak kenaikan 7DRRR sebanyak 100 bps, yield obligasi non-benchmark telah naik. Namun, yield obligasi tenor 10-tahun tetap bertahan di kisaran 7,5 – 7,8%.

Masih terjadinya outflow dari dana/investasi asing di pasar obligasi kemungkinan besar disebabkan oleh belum yakinnya investor asing akan sikap terhadap bias kebijakan suku bunga dari bank sentral. Faktor flow ini, menurut Adrian, berperan besar dalam menekan kurs rupiah.

Di pasar obligasi, Adrian mencatat, outflow dari dana/investasi asing per 26 Juli 2018 secara year-to-date sebesar Rp -1,5 triliun. Adapun, di pasar saham, tercatat net outflow sebesar Rp -49 triliun secara year-to date.

“Faktor flow inilah yang sebenarnya berperan besar dalam menekan kurs rupiah,” katanya.

Atas hal ini, Adrian menurunkan proyeksi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di tahun 2018 dari sebelumnya di rerata Rp 13.850 per dollar AS menjadi rerata 14.000 per dollar AS. Sejauh ini, per 26 Juli 2018 secara year-to-date, rerata USD/IDR pun telah mencapai angka 13.840.

“USD/IDR diperkirakan akan bergerak di rentang 14,150 – 14,650 di semester II 2018,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×