Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Sejumlah risiko yang datang dari global berpotensi mengganggu pemulihan ekonomi domestik. Namun, Bank Indonesia (BI) melihat masih ada cara untuk menangkal hal itu.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, risiko tersebut bukan hanya datang dari kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS), tetapi juga rencana pengurangan neraca The Fed. Saat ini, besaran neraca The Fed mencapai US$ 4,5 triliun.
"Kuncinya, kami harus bisa mengendalikan inflasi kalau mau suku bunga tidak naik. Jaga balance of payment (neraca pembayaran) tetap sehat. Dengan begitu kita akan memiliki stabilitas," kata Mirza, Kamis (27/4).
Menurut Mirza, reformasi struktural juga tetap harus dilanjutkan. Ia mengaku masih percaya Presiden Joko Widodo akan melakukan reformasi struktural sangat signifikan. Apalagi, Presiden menginginkan peringkat kemudahan dalam berusaha kembali meningkat.
Terkait pengendalian inflasi, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pihaknya terus berkoordinasi dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian terkait harga makanan dan harga-harga yang diatur pemerintah. Ia juga mengaku, akan terus berkoordinasi dengan lembaga lainnya terkait hal ini.
"Pemerintah akan terus berkomunikasi dengan BI dan koordinasi antar pemerintah, Kementerian ESDM, Kementerian Perdagangan. Apalagi ini mendekati lebaran," katanya.
Pemerintah lanjut dia, menginginkan dan tetap mengusahakan inflasi tahun ini berada di angka yang serendah mungkin. Pemerintah lanjutnya, akan berkoordinasi untuk menjaga kebijakan agar tidak menimbulkan gangguan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News