kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

BI: Inflasi Januari sudah diprediksi


Selasa, 04 Februari 2014 / 16:47 WIB
BI: Inflasi Januari sudah diprediksi
ILUSTRASI. Sakit Tenggorokan (dok/health)


Sumber: Kompas.com | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menilai posisi inflasi bulan Januari 2014 sebesar 1,07 persen, bukan sebuah hal yang mengagetkan dan tak diprediksi.

Kepala Grup Asesmen Ekonomi Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Doddy Zulverdi menyatakan pihak bank sentral memandang angka inflasi bulanan tersebut memang diakui cukup tinggi. Namun demikian, hal itu tidak mengherankan karena beberapa faktor dan situasi yang memang terjadi.

"Inflasi Januari 2014, BI menilai cukup tinggi dibandingkan bulan-bulan sebelumnya yang memang di bawah 1 persen. Tapi ini tidak aneh, karena secara musiman, (inflasi) Januari lebih tinggi," kata Doddy di Kantor Pusat BI, Selasa (4/2/2014).

Doddy menjelaskan, bulan Januari merupakan saat sebagian besar panen khususnya padi belum terjadi. Di samping itu, pada bulan ini terjadi gangguan transportasi dan distribusi serta ditambah efek kenaikan harga elpiji 12 kg oleh Pertamina.

"Secara umum inflasi 1,07 persen month to month memang cukup tinggi. Tapi ini bukannya tidak diprediksi. Selain itu bencana di Gunung Sinabung juga menjadi faktor karena Sumatra Utara juga menghasilkan beberapa komoditas unggulan," jelas dia.

Lebih lanjut Doddy mengungkapkan, faktor kenaikan administered price juga menjadi faktor angka inflasi Januari 2014 cukup tinggi, walaupun sempat dikoreksi. Administered price adalah komoditas yang mekanisme pembentukan harganya dipengaruhi kebijakan pemerintah, baik pusat maupun daerah.

"Khususnya elpiji walaupun kemudian dikoreksi. Tapi ada efeknya. Jadi (inflasi terjadi karena) faktor musiman, bencana, dan kenaikan elpiji," jelas Doddy.

Untuk itu, bank sentral tetap waspada walaupun angka inflasi sudah dapat diperkirakan sebelumnya. Bila bencana tetap berlanjut, maka faktor risiko inflasi pun tetap terjadi. "Kami memandang walaupun sesuai prediksi tapi tetap perlu diwaspadai seberapa lama dampak bencana. Kita berharap tidak terlalu lama, tapi ini jadi faktor risiko. Kita tetap waspada agar volatile food dan dampak masih berlanjutnya bencana tidak terlalu lama," ungkapnya. (Sakina Rakhma Diah Setiawan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×