Reporter: Bidara Pink | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini sepertinya belum jadi tahun kebangkitan harga komoditas ekspor Indonesia (HKEI). Bank Indonesia (BI) memperkirakan rata-rata HKEI di tahun 2020 akan terkontraksi atau turun 14,2%.
Meski begitu, Gubernur BI Perry Warjiyo optimistis, HKEI mampu bangkit di tahun 2021 dengan rerata harganya bisa tumbuh sekitar 12,9%.
Baca Juga: Mengapa BI optimistis sekali rupiah bisa menguat ke Rp 15.000 di akhir tahun?
BI juga memprediksi rata-rata harga minyak di akhir tahun ini bisa di level US$ 35 per barel, meski saat ini harga minyak dunia sempat jatuh.
"Ya, kami asumsikan di harga sebesar itu. Karena di kuartal I-2020 kan sempat harga minyaknya tinggi, meski saat ini sedan turun drastis. Ke depan mungkin akan naik," kata Perry dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Kamis (30/4).
Ekonom BCA David Sumual juga memprediksi ada harapan untuk peningkatan harga komoditas ekspor dan rata-rata harga minyak untuk ke depannya. Apalagi, setelah pandemi corona (Covid-19) kelak selesai.
"Ada kemungkinan komoditas bsia naik tahun depan karena restocking pasca Covid-19 dan harga minyak juga akan pulih pasca itu," ujar David kepada Kontan.co.id, pekan lalu.
Peningkatan harga komoditas dan harga minyak ini akan menjadi angin segar bagi prospek ekspor Indonesia. Menurut David, dengan kondisi seperti itu, ekspor Indonesia berpotensi naik 15% di tahun 2021.
Baca Juga: Ekonomi kuartal I-2020 masih bisa tumbuh tipis di atas 4%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News