Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Defisit transaksi berjalan alias current account deficit (CAD) Indonesia diperkirakan akan melebar di kuartal kedua tahun ini. Namun Bank Indonesia (BI) menegaskan, kondisi tersebut belum menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia overheating.
Deputi Gubernur BI Mirza Adityaswara menyebut, CAD Indonesia kuartal pertama 2018 mencapai US$ 5,5 miliar atau 2,1% dari produk domestik bruto (PDB). CAD di kuartal kedua, diperkirakan akan melebar dari level itu lantaran adanya akselerasi impor sepanjang April-Juni 2018. "Sehingga kami lihat bahwa transaksi berjalan di kuartal kedua bisa di atas 2,5% dari PDB, tetapi masih di bawah 3% dari PDB," kata Mirza saat focus group discussion dengan media di kantornya, Selasa (3/7).
Mirza memperinci, total impor yang terkait infrastruktur periode Januari-Mei 2018 mencapai US$ 4,1 miliar. Kemudian impor alat-alat pertahanan sebesar US$ 1,1 miliar. Sementara impor pangan, terutama beras mencapai US$ 400 juta. "Jadi sebenarnya neraca dagang Januari-Mei defisit, tapi kalau dikeluarkan kebutuhan impor untuk pembangunan infrastruktur untuk ekonomi yang bersifat jangka panjang, neraca dagang kita sebenarnya surplus," tambah dia.
Meski CAD diperkirakan melebar di kuartal kedua tahun ini, Mirza mengatakan, kondisi ini tidak sama dengan semester pertama tahun 2013 silam. Saat itu, pertumbuhan impor tinggi, pertumbuhan kredit juga tinggi di atas 20%, dan harga-harga properti juga tinggi.
Mirza bilang, saat itu, ekonomi Indonesia kemungkinan overheating. "Sedangkan sekarang membesarnya CAD bukanlah cerminan dari situasi overheating," jelasnya. Sebab, pertumbuhan kredit Indonesia masih lambat. Per Mei 2-18, pertumbuhan kredit baru mencapai 10,2%-10,3% secara tahunan dan sebesar 2,9%-3% secara year to date.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News