kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI disarankan tahan suku bunga acuan karena pertimbangan ini


Senin, 18 Mei 2020 / 09:21 WIB
BI disarankan tahan suku bunga acuan karena pertimbangan ini


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) menyarankan agar Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuannya di level 4,5% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan ini.

Berdasarkan asesmen Ekonom LPEM FEB UI Teuku Riefky, bank sentral mempertahankan suku bunga acuan untuk menjaga yield differential sehingga menjadi langkah antisipasi kemungkinan terjadinya pelarian modal.

Ia menambahkan, suku bunga kebijakan yang lebih rendah bisa mendorong investor memindahkan aset mereka ke negara-negara yang dianggap safe-haven sehingga nantinya bisa memicu fluktuasi nilai tukar rupiah.

Baca Juga: Indef sebut gagal bayar koperasi karena pengawasan lemah

"Untuk itu, dengan melihat perlunya menjaga stabilitas rupiah dalam jangka pendek di tengah ketidakpastian dari pandemi Covid-19 yang masih tinggi, sebaiknya BI menahan suku bunga kebijakannya," jelas Teuku Riefky lewat laporan yang diterima Kontan.co.id, Senin (18/5).

Meski demikian, ia tetap melihat bahwa sebenarnya BI masih memiliki ruang yang memadai untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat. Apalagi, ditopang dengan kondisi inflasi yang stabil dan kebutuhan untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi yang diprediksi masih akan lebih rendah dari perkiraan.

Terperinci, inflasi pada bulan April 2020 tercatat lebih landai dari perkiraan, yaitu sebesar 0,08% mom. Ini pun di luar pola, karena umumnya inflasi cenderung meningkat menuju periode awal Ramadan.

Baca Juga: Saham bank jadi pemberat IHSG, berikut saham yang layak dicermati

Salah satu hal yang menyebabkan inflasi pada bulan tersebut rendah adalah lemahnya permintaan selama pandemi. Ini juga seiring dengan diberlakukannya kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang menyebabkan permintaan barang dan jasa lebih rendah.

"Padahal dalam keadaan normal, konsumsi rumah tangga selalu memuncak selama bulan Ramadan," tambah Teuku Riefky.

Baca Juga: Kurangi Dampak Ekonomi, Aturan PSBB Diperlonggar

Sehingga untuk ke depannya, lembaga tersebut masih melihat inflasi akan rendah, di dekat ambang batas bawah target bank sentral yang sebesar 3%±1%, tetapi tetap terkendali. Rendahnya inflasi juga akan seiring dengan rendahnya risiko dampak dari supply shock akibat permintaan yang sangat lemah.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2020 juga lebih rendah dari ramalan pemerintah dan BI. Pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama tahun ini tercatat 2,97% yoy atau jauh di bawah sejumlah konsensus yang sekitar 4% yoy.

Dengan melihatnya perkembangan di kuartal I-2020 seperti melemahnya permintaan, gangguan pada rantai pasok global, dan harga komoditas global yang lebih rendah, maka diperkirakan masih ada tekanan lebih lanjut pada perekonomian Indonesia di kuartal II-2020 dan kuartal III-2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×