Reporter: Siti Masitoh | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – NUSA DUA. Bank Indonesia (BI) menilai, demonstrasi terkait revisi Undang-Undang Pilkada yang terjadi sejak pekan lalu tak berdampak signifikan terhadap pergerakan nilai tukar rupiah.
Untuk diketahui, rupiah sedang berada dalam tren menguat. Di mana, rupiah spot ditutup menguat 0,69% ke level Rp 15.492 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat (23/8). Dalam sepekan, rupiah pun masih menguat 1,28%..
Asisten Gubernur Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono mengatakan, jika melihat historis ke belakang, pada 1998, pelemahan nilai tukar rupiah menyeret Indonesia pada krisis ekonomi, hingga merembet pada krisis politik. Di samping itu, pada periode tersebut juga aksi demonstrasi anti pemerintahan memanas.
Meski begitu, Erwin menyebut, memanasnya aksi demonstrasi pada 22 Agustus 2024, tidak berdampak signifikan terhadap pergerakan nilai tukar. Hal ini didukung fundamental perekonomian Indonesia, baik eksternal dan internal yang baik.
Baca Juga: Potensi Pemangkasan Suku Bunga The Fed Jadi Motor Penguatan Rupiah Pekan Ini
“Nah inrelatif dengan demikian pertimbangan-pertimbangan politik inrelatif, menjadi tidak sebesar sebelumnya. Dulu saat kejadian 98, kita punya trauma terhadap pergerakan nilai tukar dan kemudian kita saksikan reformasi, pergerakan politik yang luar biasa, itu seperti sangat-sangat sensitif terhadap pergerakan politik,” kata Erwin dalam media briefing, Jumat (23/8).
Ia juga menambahkan, kokohnya perekonomian Indonesia saat ini, utamanya menghadapi gejolak perekonomian global. Sehingga bila terjadi gejolak politik, dampaknya tidak begitu besar, salah satunya terhadap pergerakan nilai tukar rupiah.
Di samping itu, Erwin juga menilai, market dan masyarakat umum saat ini sudah sadar bahwa gonjang-ganjing politik dampaknya tidak begitu terasa, bila perekonomian Indonesia kuat.
“Fakta bahwa kemarin tidak terlalu berpengaruh, mungkin ya itu menunjukkan kedewasaan kita terhadap politik gitu. Saya tidak mengatakan bahwa faktor politik domestik itu tidak penting. Peran politik itu pada akhirnya lebih sedikit pengaruhnya ketimbang faktor-faktor ekonomi,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News