Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah terperosok makin dalam mendekati akhir bulan. Kurs tengah Bank Indonesia (BI) menunjukkan pelemahan rupiah 0,52% ke level Rp 13.630 per dollar Amerika Serikat (AS), Jumat (27/10).
Padahal, rupiah kemarin masih berada di level Rp 13.560 per dollar AS. Ini adalah angka terlemah rupiah sejak 3 Juni 2016 pada kurs tengah BI.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, BI tetap berkomitmen untuk melakukan stabilisasi kurs rupiah agar tidak menyimpang jauh dari nilai fundamentalnya. Langkah stabilisasi yang dimaksud, baik melalui pasar valas maupun pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
Perry menyebut, di bulan Oktober ini, BI lebih banyak melakukan intervensi di pasar valas. Namun, "Beberapa hari terakhir kami mulai lakukan pembelian SBN di pasar sekunder karena kami lihat ada kecenderungan kenaikan yield SBN pemerintah," kata Perry ditemui di Kompleks BI, Jumat (27/10) siang.
Lebih lanjut Perry mengatakan, pergerakan rupiah saat ini lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal. Tak hanya Indonesia, mata uang negara-negara lain di dunia pun mengalami tekanan.
Menurut Perry, perkembangan pasar valas, baik suplai maupun permintaannya, sebetulnya cukup baik. Ia menyebut, suplai di pasar valas kemarin mencapai US$ 470 juta dan cukup untuk memenuhi permintaan dollar AS.
"Tetapi tentu saja permintaan harga kan belum tentu sesuai. Inilah stabilisasi kami lakukan, tambah suplai di pasar agar pergerakan masih sesuai suplai demand dan tidak terlalu bergejolak," tambahnya.
Masuknya BI di pasar valas maupun melalui SBN di pasar sekunder tersebut sejalan dengan besarnya cadangan devisa (cadev) Indonesia. Per akhir September 2017, posisi cadev Indonesia tercatat US$ 129,4 miliar, cukup untuk membiayai 8,9 bulan impor atau 8,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News