Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah masih mengalami depresiasi di bulan Mei 2017, meski Bank Indonesia (BI) telah menaikkan bunga acuan (BI 7-day Reverse Repo Rate) sebesar 25 basis poin (bps) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) reguler pertengahan bulan lalu. Bahkan, depresiasinya lebih dalam dibanding bulan sebelumnya.
Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), depresiasi terdalam sepanjang Mei 2018 menyentuh level 14.205 per dollar Amerika Serikat (AS), yaitu pada 25 Mei 2018. Rupiah, baru menguat setelah BI kembali memberi sinyal untuk menaikan bunga acuan kembali dalam RDG tambahan akhir Mei 2018.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengakui, tekanan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang terjadi di bulan lalu membuat cadangan devisa (cadev) akhir Mei berkurang. Hal itu, karena bank sentral melakukan intervensi terhadap kurs rupiah.
Meski demikian, di sisi lain "Ada tambahan dari penerimaan valuta asing migas," kata Dody kepada KONTAN, Kamis (7/6). Sayangnya, Dody enggan menyebut secara terperinci berapa jumlah pengurangan cadev dan tambahan penerimaan tersebut.
Yang jelas, kata Dody, posisi cadev secara neto hingga akhir Mei 2018 yang akan diumumkan Jumat (8/6) besok, masih berada di atas kecukupan minimal tiga bulan impor, yaitu sekitar tujuh bulan impor. "Data persis menunggu pengumuman BI," tambah dia.
Untuk diketahui, posisi cadev Indonesia di akhir April 2018 tercatat sebesar US$ 124,86 miliar, turun US$ 1,14 miliar dari posisi akhir Maret 2018 yang tercatat sebesar US$ 126 miliar. Maka, posisi cadev akhir April lalu merupakan posisi cadev terendah sejak Juni 2017.
Cadev Indonesia di akhir Januari 2018 sempat menyentuh level yang tinggi, yaitu sebesar US$ 131,98 miliar. Namun, posisi itu terus menurun hingga akhir April 2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News