Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) diperkirakan masih mempertahankan suku bunga acuan pada September 2021. Saat ini bunga acuan berada di level 3,50%.
Ada beberapa faktor yang membuat para ekonom optimistis bunga acuan masih dipertahankan di level 3,50%. Misalnya dari sisi ekonomi. "Indikator ekonomi masih stabil, baik itu dari sisi ekonomi maupun nilai tukar," kata Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata kepada KONTAN, Senin (20/9).
Josua kemudian memerinci, inflasi hingga Agustus 2021 masih relatif terjaga, yaitu di bawah 2%, alias di bawah batas bawah kisaran sasaran dari Bank Indonesia. Tepatnya, inflasi Agustus 2021 tercatat 1,59% yoy.
Meski tingkat inflasi masih rendah, Josua tetap melihat sudah adanya peningkatan permintaan secara bertahap, seiring dengan kembali pulihnya daya beli masyarakat. Walau, memang ia lihat masih terpantau lemah.
Baca Juga: BI diperkirakan bakal menahan suku bunga acuan
Kemudian dari sisi nilai tukar rupiah tercatat stabil di kisaran Rp 14.200 hingga Rp 14.300 per dollar Amerika Serikat (AS) sejak awal bulan September 2021 hingga saat kondisi saat ini.
Relatif stabilnya nilai tukar rupiah menurut Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB Universitas Indonesia (UI) Teuku Riefky lantaran dari sisi ketahanan eksternal, Indonesia sudah menunjukkan tren yang positif.
Pada awal September 2021 saja ada peningkatan aliran modal masuk dari US$ 8,39 miliar menjadi US$ 9,06 miliar. "Kenaikan arus modal yang masuk tersebut menyiratkan kepercayaan investor mulai naik, setelah bencana gelombang kedua Covid-19 terjadi," tambah Riefky, Senin (20/9).
Apalagi Riefky sebut cadangan devisa Indonesia sudah tambun saat ini yakni US$ 144,8 miliar. Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman juga melihat perkembangan kasus harian Covid-19 yang terus menurun tentu membawa angin segar bagi prospek perekonomian domestik.
Baca Juga: Ekonom Bank Permata perkirakan BI masih mempertahankan suku bunga acuan di level 3,5%
Nah, momentum pemulihan inilah yang perlu dijaga. Salah satunya, adalah bank sentral tetap menjaga kebijakan moneter yang tetap akomodatif.
"BI masih akan fokus menjaga pemulihan ekonomi domestik," katanya kepada KONTAN, Senin (20/9).
Selain dari sisi pertumbuhan, BI juga Faisal menyarankan untuk terus menjaga daya tarik instrumen keuangan domestik dan menjaga nilai tukar rupiah. Apalagi, risiko pengetatan moneter (tapering off) dari bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) makin nyata.
Dengan kondisi ini, Josua memprediksikan BI mempertahankan suku bunga acuan di level 3,50% hingga akhir tahun 2021.
BI akan mulai melakukan pengetatan kebijakan terutama injeksi likuiditas atau quantitative easing (QE) mulai tahun 2022 untuk mengantisipasi tapering The Fed.
Selanjutnya: Fokus pulihkan ekonomi, ekonom Bank Mandiri ramal BI bakal menahan suku bunga
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News