Reporter: Dyah Megasari |
KEFAMENANU. Gara-gara berebut tanah di wilayah zona netral, warga Nelu, Desa Sunsea, Kecamatan Naibenu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur terlibat saling serang dengan warga Leolbatan, Desa Kosta, Kecamatan Kota, Distrik Oekusi, Timor Leste.
Aksi saling serang dengan menggunakan batu dan kayu itu terjadi sudah sejak, Senin (14/10) kemarin, hingga pagi tadi.
Dua orang warga Nelu, Petrus Oematan dan Marsel Teme, kepada Kompas.com, Rabu (16/10) mengatakan, situasi sampai saat ini belum kondusif karena antara dua warga beda negara ini saling klaim tanah di wilayah zona netral tersebut.
“Mereka (warga Timor Leste, red) melakukan penggusuran untuk pekerjaan jalan raya dengan menggeser garis batas masuk ke wilayah NKRI sepanjang 500 meter. Kemudian perusakan pilar batas oleh warga Timor Leste yang dibantu dengan militer cipol. Padahal pilar perbatasan itu sudah dibangun sejak tahun 1911,” kata Petrus yang diamini Marsel.
“Puncaknya kemarin pada tanggal 10 Oktober 2013 forum koordinasi pemerintah desa bersama warga masyarakat mendesak warga Timor Leste untuk hentikan aktivitas pertanian mereka sehingga menyulut suasana semakin memanas, sehingga selama dua hari berturut-turut terjadi saling lempar batu dan kayu antara kami dan warga Timor Leste,” sambung Petrus.
Sejak kemarin dua kompi Cipol Timor Leste disiagakan bersama masyarakat dan para Cipol berjaga tidak di wilayahnya, tetapi malah berjaga masuk di wilayah Indonesia.
Dihubungi secara terpisah Komandan Satuan Tugas pengamanan perbatasan (Satgas Pamtas ) RI-RDTL , Batalyon Infantri 743/PSY Mayor (Inf) Budi Prasetyo membenarkan kejadian itu dan dia kini berada di lokasi berlangsungnya pertikaian itu.
“Sebetulnya tidak ada penyerangan, hanya terjadi kesalahpahaman saja dan saat ini situasinya sudah mulai kondusif,” ungkap Budi. (Kontributor Timor Barat, Sigiranus Marutho Bere)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News