Reporter: Bidara Pink | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengungkapkan, pembukaan kembali China setelah kebijakan Nol Covid-19, akan berkontribusi menekan inflasi global.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, kembali meningkatnya aktivitas ekonomi di China akan memperbaiki masalah rantai pasok global.
"Pembukaan kembali China akan mengurangi tekanan global dalam hal rantai pasok. Terutama, ada logistik," tutur Perry dalam pembukaan BI Annual Investment Forum, Kamis (26/1).
Baca Juga: Pariwisata Pulih, Saham Perusahaan China di Bursa Hong Kong Lanjut Reli
Perry bilang, dengan China mulai membuka diri, maka logistik pengiriman barang akan lebih lancar. Terlebih, logistik sempat tersendat akibat ketegangan geopolitik. Dengan demikian, harapannya, tekanan harga di pangan dan energi akan mulai melandai pada tahun 2023.
"Kalau kami melihat dalam jangka pendek, ini akan memberi dampak melandainya harga pangan, terutama di negara berkembang," tambahnya.
Selain disrupsi rantai pasok yang berkurang, pembukaan ekonomi China juga akan menyundut perekonomian global. Terlebih, China memegang porsi kurang lebih 15% terhadap produk domestik bruto (PDB) dunia.
Baca Juga: Bos BI Sebut China Bisa Jadi Penyelamat Resesi Global, Tapi Ada Syaratnya
Kata Perry, bila China berhasil tumbuh sekitar 5% YoY hingga 5,2% YoY, maka ini akan bisa menjadi pengganti pertumbuhan Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, dan Inggris yang terancam resesi.
Namun hingga saat ini, Perry memperkirakan perekonomian China 2023 tumbuh sebesar 3,6% YoY. Bila pembukaan kembali China berjalan dengan mulus, maka China mungkin tumbuh di kisaran 5% YoY.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News