kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Belanja gaya hidup konsumen makin besar


Sabtu, 14 Oktober 2017 / 11:04 WIB
Belanja gaya hidup konsumen makin besar


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perubahan cara masyarakat membelanjakan uangnya benar adanya. Tren belanja masyarakat secara online semakin meningkat. Konsumen juga semakin besar menghabiskan uangnya untuk kebutuhan yang terkait dengan kesenangan.

Berdasarkan riset Nielsen, pengeluaran masyarakat saat ini fokus pada tiga hal, yaitu makanan, pendidikan, serta kenyamanan dan gaya hidup (leisure dan lifestyle). Bahkan, pola tersebut terjadi pada seluruh kelompok masyarakat, baik masyarakat kelas, kelas menengah, maupun kelas bawah.

Secara rata-rata, pengeluaran untuk makanan pada tahun ini berkontribusi 24% terhadap total belanja, naik dari tahun lalu 23%. Pada periode yang sama, porsi belanja pendidikan naik dari 7% menjadi 10%, dan belanja gaya hidup naik dari 9% menjadi 10%.Pada saat bersamaan, pengeluaran untuk barang pokok bulanan menurun dari 12% menjadi 11%.

Cara belanja di ritel ini juga mulai berubah. Seiring banyaknya promosi di minimarket, konsumen semakin enggan berbelanja ke hipermarket maupun toko-toko biasa.

Selain itu, data Nielsen juga menunjukkan bahwa 38% pengguna internet yang disurvei merupakan pembeli online shop. Mereka mencatat pada tahun lalu transaksi belanja online di Indonesia mencapai Rp 74 triliun. Dari jumlah itu, lebih dari separuhnya untuk kebutuhan gaya hidup, yakni produk elektronik seperti gadget dan perjalanan.

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan pemerintah menyadari perubahan pola belanja konsumen.

Oleh karena itu, berbagai kebijakan yang belakangan ini dikeluarkan untuk membantu pebisnis memanfaatkan perubahan pola konsumsi masyarakat. "Perpres Percepatan Kemudahan Usaha yang diumumkan akhir Agustus lalu sebenarnya sudah bisa meng-adress masalah itu," kata Iskandar kepada KONTAN, Jumat (13/10).

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Anton J Supit sependapat, ada perubahan pola konsumsi. Namun, pada saat bersamaan daya beli konsumen melemah. "Ini akibat penurunan lapangan pekerjaan," ujar Anton.

Peran swasta & insentif

Oleh karena itu, pemerintah harus meningkatkan jumlah lapangan pekerjaan sebanyak-banyaknya. Caranya, iklim investasi harus ditingkatkan lagi. Pemerintah juga harus memberikan ruang bagi kalangan swasta dalam proyek infrastruktur.

Ekonom Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira berpendapat, industri lifestyle membutuhkan insentif fiskal agar lebih berkembang. Dengan demikian, sektor tersebut semakin besar berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×