Reporter: Yudho Winarto | Editor: Cipta Wahyana
JAKARTA. Di siang hari, kini, Istana Negara terlihat lebih gelap. Bukan karena ada pemadaman listrik dari PLN, lo. Penghuninya memang sengaja mematikan lampu di beberapa ruangan. Ya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ingin agar penghematan energi nasional dimulai dari istana.
Kemarin (30/5), Presiden SBY memamerkan bahwa Istana Negara sudah lebih hemat dalam pemakaian setrum. Di lingkungan Istana Kepresidenan pun sebagian lampu juga dimatikan.
Presiden mengatakan, kompleks di lembaga kepresidenan berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Banyak lampu yang biasanya menyala di siang hari yang dipadamkan. "Kalau Anda berkeliling melihat-lihat kompleks ini barangkali sudah hampir separuh yang tidak kami hidupkan," kata SBY saat menerima pinpinan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) di Istana Negara.
Lalu, Presiden sedikit menceritakan apa yang telah menginspirasi kebijakan penghematan energi ini. SBY ingin meniru kisah sukses yang dilakukan Jepang semasa bangkit dari kekalahan di Perang Dunia II.
Dia bertutur, Negeri Matahari Terbit telah berhasil menjalankan penghematan semacam itu. "Pascaperang Dunia Kedua, terutama perang di Mandala Pacific, Jepang mengalami keadaan yang penuh dengan kesulitan," jelas Presiden.
Saat itu, demi langkah penghematan, Kota Tokyo pun dalam keadaan gelap, minim penerangan. Hanya gedung-gedung tertentu yang tetap menyalakan lampu saat malam hari. Gedung yang lampunya masih menyala ini adalah tempat di mana para pejabat Jepang bekerja selama 24 jam untuk memikirkan pemulihan ekonomi negaranya. "Untuk memikirkan, bagaimana membangun Jepang setelah Perang Dunia Kedua," ujar SBY.
Meski saat ini kondisi Indonesia bukan dalam keadaan kalah perang, Presiden mencanangkan gerakan penghematan energi secara nasional sebagai antisipasi atas ketidakpastian perekonomian global. Apalagi, harga bahan bakar minyak (BBM) cenderung terus meningkat.
Presiden mengajak rakyat untuk menyadari bahwa ongkos energi mahal, baik BBM maupun listrik terutama yang berasal dari pembangkit berbahan bakar solar.
Anggaran yang pemerintah keluarkan untuk energi jumlahnya sangat besar, dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Contoh, tahun 2010 lalu, subsidi BBM dan listrik mencapai Rp 140 triliun. Dan di 2011 bujetnya meningkat menjadi Rp 256 triliun. Tahun 2012 bisa membengkak lebih besar lagi, kalau tanpa upaya mengurangi penggunaan BBM dan listrik.
Sekarang masyarakat terus menunggu, apalagi yang pemerintah lakukan setelah "menggelapkan" Istana Negara. Apakah gedung-gedung milik instansi pemerintah juga akan ikut gelap dan panas tanpa pendingin udara?
Selain penghematan listrik, masyarakat juga menunggu langkah nyata larangan mobil dinas pemerintah tak boleh memakai BBM bersubsidi. Kebijakan ini bakal sulit terlaksana, mengingat sebagian besar mobil pelat merah kini bisa dengan mudah diganti dengan pelat hitam, sehingga masih bebas membeli BBM subsidi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News