Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Adaro Energy Tbk (ADRO) di tahun lalu kurang memuaskan. Tercatat, pendapatan ADRO di tahun 2020 hanya US$ 2,53 miliar, tergerus 27% year on year (yoy). Asal tahu saja, pada tahun 2019, pendapatan ADRO mencapai US$ 3,45 miliar.
Penurunan kinerja juga terjadi pada laba yang dapat diatribusikan kepada entitas induk. Di mana di tahun lalu ADRO membukukan laba bersih sebesar US$ 146,92 juta. Hal tersebut membuat laba bersih ADRO tergerus 63,64% dari laba bersih di 2019 yang capai US$ 404,19 juta.
Presiden Direktur dan Chief Executive Officer ADRO Garibaldi Thohir mengatakan, kinerja perusahaan di sepanjang tahun lalu mencerminkan resiliensi model bisnis yang terintegrasi yang berfokus pada efisiensi dan keunggulan operasional di seluruh lini bisnis.
"Walaupun harus menghadapi banyak tantangan, dari pandemi global sampai cuaca yang tidak mendukung, kami mampu memenuhi panduan produksi batubara dan EBITDA operasional yang telah direvisi,"kata Garibaldi dalam keterangan resmi yang terima Kontan.co.id, Kamis (4/3).
Adapun, penurunan pendapatan yang terjadi akibat harga jual rata-rata (ASP) yang turun 18% dan penurunan 9% pada volume penjualan. Anggota indeks Kompas100 ini, mencatat penurunan 6% pada volume produksi menjadi 54,53 juta ton, atau sedikit lebih tinggi daripada panduan tahun 2020 yang telah direvisi menjadi 52 juta-54 juta ton.
Baca Juga: Begini pengaruhnya bisnis Adaro Energy (ADRO) terkait harga minyak dunia yang naik
Garibaldi bilang, ADRO mencatatkan EBITDA operasional sebesar US$ 883 juta pada tahun lalu atau lebih tinggi daripada panduan EBITDA operasionalnya yang telah direvisi menjadi US$ 600 juta-US$ 800 juta.
Ia menambahkan, walaupun pemulihan ekonomi global diproyeksikan akan membawa dampak positif terhadap industri, ADRO akan tetap berhati-hati di tengah ketidakpastian yang ada.
"Kami tetap berfokus untuk meningkatkan keunggulan operasional, pengendalian biaya, dan efisiensi, serta melanjutkan eksekusi terhadap strategi demi kelangsungan bisnis," sambung Garibaldi.
Adapun, alokasi belanja modal sepanjang tahun 2020 terserap sekitar US$ 169 juta atau lebih rendah dari panduan belanja modal yang direvisi di kisaran US$ 200 juta hingga US$ 300 juta.
Selain itu, pada tahun ini ADRO menargetkan produksi batubara mencapai 52 juta ton hingga 54 juta ton.
Adapun, EBITDA operasional ditargetkan sebesar US$ 750 juta hingga US$ 900 juta dengan belanja modal pada rentang US$ 200 juta hingga US$ 300 juta.
Selanjutnya: Harga minyak dunia naik, begini pengaruhnya ke bisnis Adaro Energy (ADRO)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News