Reporter: Siti Masitoh | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memastikan kondisi nilai tukar rupiah masih dalam batas fundamental walau kembali cetak rekor terburuk dalam lebih dari dua dekade.
Sekedar mengingatkan, rupiah di pasar spot ditutup melemah 0,26% ke posisi Rp 16.612 per dolar Amerika Serikat (AS). Pada sesi tersebut, rupiah sempat berada di level Rp 16.641 per dolar AS pada perdagangan jelang tengah hari.
Asal tahu saja, rekor terendah rupiah berada di posisi Rp 16.650 per dolar AS yang dicetak pada 17 Juni 1998. Saat itu, Indonesia dilanda krisis moneter.
Di tengah pelemahan rupiah ini, BI tetap tenang. Direktur Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI Fitra Jusdiman mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi kurang lebih 6 bulan terakhir, utamanya disebabkan oleh faktor ketidakpastian global.
Sentimen paling utama datang dari kebijakan Presiden AS Donald Trump yang berdampak ke negara lain. Selanjutnya ada arah kebijakan The Fed yang berpotensi hawkish, serta gejolak geopolitik yang terus memanas.
Baca Juga: Pasar Saham Mewaspadai Pergerakan Rupiah Hari Ini, Rabu (26/3)
Fitra juga menekankan, pelemahan rupiah saat ini berbeda dengan kondisi di 1998, yang mana saat itu terjadi lonjakan signifikan atas nilai tukar rupiah dari kisaran Rp 8.000 per dolar AS, ke hampir Rp 17.000 per dolar AS.
“Karena memang secara fundamental kondisi Indonesia saat ini jauh lebih baik dibanding saat itu (1998). Apabila dibandingkan sejak pertengahan tahun 2024 lalu, rupiah hanya melemah 1,33%, jauh lebih rendah dibandingkan Won Korea Selatan yang melemah 6,30% dan rupee India yang melemah 2,74%,” tutur Fitra kepada Kontan, Selasa (25/3).
Fitra menambahkan, tak hanya rupiah, beberapa mata uang negara lain baik negara maju atau berkembang juga terkena imbas pelemahan mata uang, pasca kemenangan Trump sebagai Presiden AS, meskipun dengan besaran yang berbeda.
Melihat dinamika tersebut, Ia menambahkan, BI bersama otoritas terkait akan selalu berkomitmen untuk menjaga kestabilan nilai rupiah, sehingga dapat menciptakan kepercayaan pasar.
“BI akan selalu melakukan berbagai upaya stabilisasi, khususnya dalam kondisi peningkatan volatilitas nilai tukar yang berlebihan seperti saat ini,” tambahnya.
Baca Juga: Rupiah Terus Ambruk, Defisit APBN Berpotensi Melebar Jadi 2,9% dari PDB Tahun Ini
Langkah tersebut, antara lain melalui langkah triple intervention secara bold dan terukur di pasar spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), dan pembelian surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder.
“Dalam konteks pergerakan nilai tukar, BI akan selalu memastikan volatilitas tdk meningkat signifikan sehingga kepercayaan pasar tetap terjaga,” tandasnya.
Selanjutnya: Dekati Level Terendah Sejak 1998, BI : Rupiah Masih Dalam Batas Fundamental
Menarik Dibaca: Resep Coto Makassar Daging Empuk, Sajian Lebaran Nikmat dengan Ketupat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News