Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Khomarul Hidayat
Di sisa tahun ini, Sri Mulyani meyakini, ekonomi bisa sesuai dengan prediksi dengan motor penggerak berasal dari program Pemulihan Ekonomi Nasioanl (PEN) yang memakan anggaran hingga Rp 695,2 triliun. Penyebab defisit anggaran itu, disalurkan untuk kebutuhan negara dalam membiayai dampak pandemi baik di bidang kesehatan, sosial, ekonomi, maupun keuangan.
Namun, program yang berlangsung sejak Maret 2020 lalu itu penyalurannya masih rendah.Data Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menunjukkan sampai dengan 14 Oktober 2020, realisasi program PEN mencapai Rp 344,11 triliun atau 49,5% dari pagu.
Padahal, waktu Kemenkeu untuk menyalurkan anggaran yang menyebabkan defisit anggaran membengkak itu tinggal sekitar dua bulan lagi, atau sampai akhir tahun ini. Hal tersebut sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2020 yang merupakan payung hukum program PEN.
Secara lebih rinci, realisasi anggaran kesehatan sebesar Rp 27,59 triliun, perlindungan sosial Rp 167,08 triliun, sektoral K/L dan pemda Rp 28 triliun, insentif usaha Rp 29,68 triliun, dukungan UMKM Rp 91,77 triliun. Sementara, pembiayaan korporasi menunggu waktu yang tepat, alias belum terealisasi sama sekali.
Sri Mulyani tetap yakin kalau program PEN bisa terserap 100% di tahun ini. Caranya dengan melakukan eskalasi program melalui koordinasi dengan Kementerian/Lembaga (K/L) terkait, baik dengan cara meringkas peraturan pelaksana yang berbeli atau realokasi anggaran program tertentu.
Strategi itu pun sudah mulai dijalankan sejak Agustus lalu. Hasilnya, realisasi program PEN mengalami akselesari yang signifikan dari Agustus ke September 2020. “Juli-Agustus naik Rp 63,93 triliun dan Agustus-September naik Rp 106,88 triliun,” ujar Sri Mulyani.
Selanjutnya: Setahun Jokowi-Ma'ruf Amin, Asaki apresiasi stimulus dan regulasi pemerintah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News