Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sudah pasti menjadi kebijakan yang diambil pemerintahan baru untuk menyelamatkan anggaran dari beban subsidi BBM. Dengan dinaikkannya harga akan ada ruang fiskal yang lebih luas bagi pemerintahan baru untuk bergerak.
Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan (Kemkeu) Askolani mengatakan ada berbagai pilihan yang bisa diambil pemerintahan baru untuk mengalokasikan penghematan subsidi BBM. Pertama, untuk memacu pembangunan.
Belanja modal bisa ditingkatkan lebih tinggi lagi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Asal thu saja, dalam rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2015 pemerintah memasang pagu belanja modal sebesar Rp 156 triliun atau turun Rp 5 triliun dari APBN-P 2014 yang sebesar Rp 161 triliun.
Kedua, menurunkan defisit angggaran. Dalam APBN 2015 disepakati defisit anggaran sebesar Rp 245,9 triliun atau 2,21% dari PDB.
Menurut Askolani, apabila defisit anggaran bisa lebih kecil maka sinyal akan semakin positif. "Lebih antisipatif terhadap kemungkinan tantangan global tahun 2015," ujarnya pekan lalu.
Perekonomian tahun depan mendapat tantangan yang lebih sulit dengan adanya kemungkinan kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika The Fed. Sinyal kenaikan ini pulalah yang kemudian membuat pemerintah dalam pembahasan anggaran menurunkan defisit dari 2,32% menjadi 2,21% dari PDB.
Pembiayaan dipangkas Rp 27,9 triliun. Pemerintah ingin mengurangi beban utang untuk menghadapi kenaikan suku bunga The Fed. Pilihan tersebut tentu berada di tangan pemerintahan baru untuk memutuskan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News