kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.172   20,00   0,12%
  • IDX 7.071   87,46   1,25%
  • KOMPAS100 1.057   17,05   1,64%
  • LQ45 831   14,47   1,77%
  • ISSI 214   1,62   0,76%
  • IDX30 424   7,96   1,91%
  • IDXHIDIV20 511   8,82   1,76%
  • IDX80 121   1,93   1,63%
  • IDXV30 125   0,91   0,73%
  • IDXQ30 141   2,27   1,63%

Bapanas Dorong BUMN Pangan untuk Jadi Standby Buyer Cadangan Pangan Pemerintah


Senin, 26 Agustus 2024 / 18:44 WIB
Bapanas Dorong BUMN Pangan untuk Jadi Standby Buyer Cadangan Pangan Pemerintah
ILUSTRASI. Badan Pangan Nasional (Bapanas) menekankan pentingnya peran BUMN bidang pangan sebagai standby buyer terhadap hasil produksi dalam negeri.


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pangan Nasional (Bapanas) menekankan pentingnya peran BUMN bidang pangan sebagai standby buyer terhadap hasil produksi dalam negeri. 

Hal ini dalam rangka melaksanakan penyelenggaraan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) sebagaimana Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2022.

Melalui penyerapan oleh BUMN, berfungsi menjaga harga di tingkat petani, serta dijadikan stok teragregasi yang bisa digunakan pemerintah dalam upaya pengendalian kondisi pangan pokok strategis.

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menyebut, Bapanas menugaskan BUMN pangan untuk menyerap produksi dalam negeri. Namun penugasan ini juga harus diperkuat dengan diberikan anggaran untuk offtake.

Anggaran ini tentu bukan habis pakai. Misalnya anggaran Rp 30 triliun untuk 3 juta ton beras. 

"Jadi itu dikonversi ke beras dan ada jual beli, jadi bukan uang hilang, tapi anggaran untuk CPP,” ujar Arief usai mengikuti Rapat Kerja dengan Komisi IV DPR RI, Senin (26/8).

Baca Juga: Bulog: Realisasi Impor Beras Capai 2,4 juta Ton

Menurut Arief, peningkatan produksi dari Kementan, harus satu paket dengan offtaker atau standby buyer dan itu untuk CPP. 

Jika ingin menaikkan produksi, maka petani harus diberikan ruang profit. Pangan yang berkelanjutan dapat terwujud jika sudah tahu marketnya. 

"Jadi kalau kita petani tanam, sudah ada standby buyer-nya. Kalau belum ada, kita harus create sesuai dengan kebutuhan. Petani ini sekarang menikmati gabah yang bisa di atas Rp 6.000 per kilo dan Nilai Tukar Petani (NTP) di atas 100,” jelas Arief.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Juli 2024, indeks NTP bertumbuh positif 0,84 poin menjadi 119,61 dari bulan sebelumnya yang 118,7. 

Sementara untuk NTP subsektor tanaman pangan (NTPP) menjadi 108,32. 

Selanjutnya apabila dilihat dari laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), subsektor tanaman pangan di triwulan kedua tahun 2024 ini tercatat menorehkan angka tertinggi sebesar 69,09 secara kuarter dibandingkan subsektor lapangan usaha lainnya. 

Sementara laju pertumbuhan secara tahunan, pertumbuhan subsektor tanaman pangan kembali positif menjadi 12,50 setelah pada triwulan sebelumnya -5,50.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×